Freeport Pakai Detektor Jantung
Cari 23 Pekerja yang Masih Terperangkap JAKARTA - PT Freeport Indonesia (PTFI) terus melakukan berbagai upaya untuk mengevakuasi 23 pekerjanya yang diperkirakan masih terjebak di reruntuhan area pelatihan Big Gossan pada 15 Mei lalu. Alat berteknologi tinggi dikerahkan untuk mendeteksi tanda-tanda kehidupan. “Kami sudah mengerahkan sejumlah ahli beserta perlengkapan berkelas dunia agar dapat menyelesaikan penyelamatan ini secepat mungkin,” ujar Kepala Teknik Tambang PT Freeport Indonesia (PTFI) Nurhadi Sabirin yang mengepalai tim penyelamat dalam keterangan tertulisnya kemarin (18/5). Ia mengatakan bahwa insiden runtuhnya bebatuan ini berasal dari bagian atas terowongan yang hingga saat ini masih terus berjatuhan. Hal itu mengakibatkan semakin lambatnya proses penyelamatan para pekerja Freeport. Padahal mereka sudah terperangkap sejak 15 Mei lalu. “Runtuhnya bebatuan itu semakin menyulitkan untuk mencapai para pekerja yang terperangkap,” katanya. Nurhadi menambahkan bahwa salah satu alat yang digunakan dalam langkah penyelamatan dan pemulihan ini adalah sebuah perangkat yang dapat mendeteksi getaran mikro yang disebut dengan Lifepak 3. “Perangkat ini telah mendeteksi getaran-getaran yang seirama dengan detak jantung manusia, namun hal ini belum dapat dipastikan karena ada kemungkinan disebabkan oleh getaran-getaran lainnya,” tukasnya. Ia mengaku alat itu belum dapat mendeteksi tanda-tanda getaran lainnya selama 72 jam dipergunakan. “Kami terus berupaya 24 jam tanpa henti dengan cepat dan aman hingga dapat menyelamatkan jiwa mereka. Namun semakin banyak waktu yang dibutuhkan dapat memperkecil kemungkinan adanya pekerja yang selamat. Kami minta dukungan semua pihak dan doanya untuk rekan-rekan kerja kita beserta keluarganya,” kata Nurhadi. Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Rozik B Soetjipto menegaskan bahwa ketika upaya penyelamatan dan pemulihan telah selesai, PTFI akan melakukan investigasi menyeluruh untuk mengungkap penyebab dari tragedi Big Gossan ini. ”Kita akan menyiapkan bantuan tenaga ahli internasional dan melibatkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk melakukan investigasi,” sebutnya. Hingga saat ini pihaknya belum dapat menyimpulkan penyebab terjadinya longsor di tambang emas terbesar ini. “Kami tidak akan berhenti hingga kami menemukan penyebab dari tragedi ini, dan kami akan menempuh segala langkah yang memungkinkan untuk memastikan hal seperti ini tidak akan terulang kembali. Keselamatan merupakan prioritas utama kami dan pekerja adalah aset terpenting bagi kami,” sambungnya. Saat mengunjungi keluarga dari 23 pekerja yang masih terperangkap, Rozik menjelaskan kepada para keluarga korban tentang upaya para anggota tim penyelamat. Ia pun menginstruksikan para pekerjanya untuk mengantar makanan dan kebutuhan pokok lainnya bagi para keluarga tersebut. “Lima orang pekerja yang selamat telah diterbangkan ke Jakarta untuk mendapatkan perawatan medis,” kata dia. Berdasar laporan yang diterima, kelima pekerja itu dalam kondisi stabil dan semakin membaik. Dari kelima pekerja yang sedang mendapatkan perawatan di rumah sakit, tiga dari mereka telah dinyatakan pulih hingga dapat dipulangkan besok (hari ini, red). “Sementara satu orang dari mereka harus tetap menjalani perawatan lebih lanjut,” jelasnya. Hingga 18 Mei, Freeport melaporkan tidak ada perubahan status pekerja yang terperangkap sejak 15 Mei lalu itu. Diperkirakan ada 38 pekerja yang tertimbun tanah pada waktu kejadian, dari jumlah itu sebanyak 10 orang berhasil diselamatkan, dan lima orang ditemukan telah meninggal dunia. Freeport meyakini masih ada 23 pekerja yang masih belum diketahui kondisinya di reruntuhan. (wir/kim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: