Warga Tutup Lubang di SS Kandanghaur

Warga Tutup Lubang di SS Kandanghaur

INDRAMAYU-Rencana tim gabungan melakukan razia penertiban pencurian air di sepanjang saluran irigasi wilayah Perum Jasa Tirta II Jatiluhur, direspons. Petani maupun warga ramai-ramai melakukan penutupan bobokan (lubang, red) di sepanjang Saluran Sekunder (SS) Kandanghaur, Rabu (26/6). Pantauan Radar Indramayu, penutupan dilakukan dengan cara menambal bobokan dengan tanah. Adapula yang menutupnya dengan material keras seperti batu maupun batang kayu ukuran besar. Sedangkan, bobokan kecil masih tetap dibiarkan. “Mayoritas ditambal pakai tanah. Kalau kena air ya pasti bolong lagi,” ucap Ari, salah seorang warga. Sepengetahunnya, penambalan itu dilakukan oleh petani sendiri, bukan tim gabungan. Sebab dari informasi yang diterimanya, tim gabungan yang terdiri dari pihak PJT II, Dinas PUPR, Dinas Pertanian, anggota TNI dan Polri akan melakukan penutupan bobokan dengan cara dicor. Atau cara lain yang bersifat permanen. Karenanya, dia menduga penutupan bobokan dengan tanah itu hanya bersifat sementara dan untuk mengelabui razia tim gabungan. Meski demikian, respons warga maupun petani itu patut diapresiasi. “Mungkin karena tidak ada dana. Artinya mereka juga punya itikad baik untuk mematuhi imbauan dari pemerintah. Apalagi sejak kemarin juga sudah ada sosialisasi dan imbauan dari para pihak soal rencana penutupan bobokan itu,” tuturnya. Sebelumnya diberitakan, Pemerintah Kabupaten Indramayu membentuk tim gabungan untuk melakukan penertiban pencurian air di sepanjang saluran irigasi wilayah PJT II Jatiluhur. Upaya ini dilakukan menyusul maraknya pengambilan air secara ilegal yang semakin tak terkontrol di saat musim kemarau seperti sekarang ini. Terutama di SS Kandanghaur dan SS Eretan yang melintasi 6 wilayah kecamamatan meliputi Anjatan, Haurgeulis, Bongas, Kandanghaur, Kroya dan Gabuswetan. Pelaku pencurian ini biasanya membuat bobokan disepanjang kiri-kanan tanggul irigasi. Ada pula dengan cara memasang pipa-pipa air berdiameter bervariasi. Air tersebut dicuri dari irigasi untuk kepentingan pribadi maupun kelompok. Dampak dari pencurian air itu, areal persawahan yang ada di wilayah paling hilir sering tak kebagian suplai air. “Kita akan mengamankan bobokan-bobokan disepanjang saluran karena itu memang secara aturan tidak boleh,” kata Sekretaris Daerah, Drs Rinto Waluyo MPd usai memimpin Rapat Koordinasi Pengairan Wilayah Saluran Sekunder Kandanghaur bertempat di aula kantor Kecamatan Anjatan, Senin (24/6). Pun demikian, langkah penertiban oleh tim gabungan ini juga akan dibarengi solusi terbaik agar tidak terjadi konflik dilapangan. Meski bobokan ditutup, petani diberikan kesempatan untuk menggunakan pompanisasi yang diatur waktu maupun volume air yang diambil. Sehingga tidak menganggu upaya penyelamatan tanaman padi dari ancaman gagal panen. (kho)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: