Nelayan dan Petani di Indramayu Kompak Tolak Kenaikan Harga BBM
INDRAMAYU - Sampai saat ini, kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh pemerintah pusat masih belum ditentukan. Namun, para nelayan dan petani sepakat menolak. Pasalnya, dengan kenaikan harga tersebut, dirasa telah memberatkan beban bagi kalangan keduanya. \"Harga mati, kami tegas menolak kenaikan harga BBM,\" ujar Ketua Perhimpunan Petani dan Nelayan Sejahtera Indonesia (PPNSI) Kabupaten Indramayu, Didi Mujahiri, Senin (3/6/2013). Didi menjelaskan, banyak dampak yang diakibatkan kenaikan tersebut, dimana ketika harga solar naik, jelas akan membuat pendapatan nelayan menjadi turun, sedangkan modal melaut akan menjadi naik, bahkan nilai jual hasil tangkapan sama sekali tidak naik. \"Harga jual ikan sendiri hingga saat ini tidak ada regulasinya, maka tidak bisa mengikuti ketika harga BBM naik. Dan kondisi ini tentunya memberatkan kalangan nelayan,\" ungkapnya. Hal yang sama juga dikatakan Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jabar, Ono Surono. Dia menyatakan, kenaikan harga BBM terutama jenis solar, sangat memberatkan nelayan. Apalagi, tidak ada jaminan kenaikan harga BBM diikuti kenaikan harga ikan di pasaran. \"Nelayan Jabar menolak kenaikan harga BBM,\" tegas Ono. Kenaikan harga solar sendiri, tentunya paling dirasakan dampaknya oleh nelayan kecil yang memiliki perahu di bawah 5 GT. Padahal, secara kuantitatif, nelayan di sepanjang pesisir pantura Jawa Barat justru paling banyak adalah nelayan di bawah 5 GT. \"Jadi, kalau pemerintah menaikkan harga solar, bukan tidak mungkin akan menimbulkan gejala sosial baru,\" tambahnya. Smentara, kalangan petani pun sama halnya. Mereka menolak ketika harga BBM dinaikan, terutama jenis solar. Kenaikan harga solar akan membuat biaya produksi pertanian menjadi naik. Ditegaskan Wakil Ketua KTNA Kabupaten Indramayu, Sutatang, bahwa para petani membutuhkan solar untuk menjalankan traktor. Selain itu, solar juga dibutuhkan untuk menjalankan mesin pompa air, terutama saat musim kemarau. \"Kasihan nasib petani ketika harga solar naik. Beban ekonomi terutama modal dalam penggarapan sawah akan keluar lebih besar. Ya jika padinya panen bagus, ketika mengalami puso tentunya mereka merugi dua kali,\" pungkasnya. (sya/rcc)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: