Masalah Klasik soal Portal Kereta Api

Masalah Klasik soal Portal Kereta Api

CIREBON-Bayangkan, tanpa pembenahan apapun dalam tiga hingga lima tahun ke depan. Seperti apa kira-kira kemacetan yang terjadi di jalanan Kota Cirebon? Antrean kendaraan langsung mengular. Hampir 500 meter dari perlintasan kereta api di Jl Tentara Pelajar. Baru saja palang pintu terangkat, beberapa mobil berhasil melintas ke arah Jl Pangeran Suryanegara (RW 03 Pagongan). Tak sedikit yang masih terjebak di tengah perlintasan kereta, karena lajunya tersendat. Tak berapa lama, lonceng kembali berdentang. Diikuti raungan sirine tanda ada ular besi yang akan kembali melintas. M Irfan, petugas pos jaga Jl Tentara Pelajar, mesti pintar-pintar memainkan ritme penutupan palang pintu. Sebisa mungkin ia memberi jalan mobil yang kadung lewat agar tidak terjebak di tengah lintasan. Pemandangan itu, nyaris terjadi setiap pagi. Pada jam sibuk, lalu lintas kawasan ini terasa semerawut. Dari observasi lapangan yang dilakukan Radar Cirebon, setiap kali ada kereta api melintas, rata-rata pengendara harus menunggu hingga 2 menit hingga palang pintu dibuka. Durasi biasanya akan lebih lama kalau kereta api yang melintas bersinggungan dari dua arah. Dibutuhkan waktu hingga 4 menit. Perlu juga diingat, letak perlintasan jalan tentara pelajar yang berada di antara 2 stasiun. Di area ini, kereta relatif kecepannyata rendah. Itulah yang memperparah penumpukkan, karena durasi penutupan palang pintu jadi lebih lama. Frekuensi kereta lewat, cukup tinggi antara pukul 11.00–12.00 WIB. Dalam rentang waktu itu, bisa sampai 10 kereta melintas. Dari hitungan stop watch, setiap 8 menit ada satu kereta. Kemudian pukul 12.00-13.00 WIB, frekuensinya menurun. Hanya tiga kereta yang lewat. Lalu lintas kereta kembali tinggi sore hari pukul 17.00–18.00 WIB. Sedikitnya 10 kereta yang melintas. Dari hitungan rata-rata, setiap jam ada 12 kereta melintasi 7 perlintasan sebidang di wilayah Kota Cirebon. Kepala Seksi Rekayasa Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Cirebon Asep Sudrajat berdalih, lalu lintas di Jl Tentara Pelajar masuk dalam kategori normal. Di luar adanya kereta api yang melintas, hampir bisa dipastikan kendaraan bisa melintas dengan lancar. “Kalau macet itu nol kilometer. Artinya berhenti sama sekali,” katanya. Soal kepadatan di Jl Tentara Pelajar akibat perlintasan kereta, Asep menyebutkan, hal itu bukan kewenangannya. Ada beberapa lembaga yang terlibat di situ. Sementara dishub hanya mengurus rekayasa lalu lintas. Dari sudut pandang makro, ia memahami, ruas jalan ini perlu pengembangan infrastruktur. Sebab, tidak bisa dibayangkan bagaimana lalu lintasnya di lima tahun ke depan, tanpa pembenahan. Dishub, kata dia, sebetulnya telah berusha mengurai kepadatan. Misalnya, menambahkan rambu, dan menutup u-turn di persimpangan menuju Jl Ampera Raya dengan water barrier. Ke depan, bisa saja diterapkan rekayasan lalu lintas yang lainnya. Tetapi berdasarkan evaluasi. “Setiap triwulan kita evaluasi semua ruas jalan. Memang tiap weekend kita tahu sendiri jumlah kendaraan semakin banyak yang masuk. Memang sudah butuh fly over atau underpass,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: