Majalengka Berpotensi Kekeringan Ekstrem

Majalengka Berpotensi Kekeringan Ekstrem

MAJALENGKA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kelas III Jatiwangi menyatakan sejak akhir Mei, Majalengka sudah memasuki musim kemarau. Namun BMKG belum menentukan terkait musim kemarau panjang atau El Nino. Forecaster BMKG Ahmad Faazyn menyebutkan jika kemarau panjang atau El Nino belum tentu terjadi mengingat intensitasnya terpantau lemah. Namun intensitas bisa menjadi kuat manakala kemarau cukup panjang ketika sudah melebihi musim. Hanya saja, Ahmad menyatakan kabupaten Majalengka masuk kategori hari tanpa hujan sangat panjang atau mencapai 31 sampai 60 hari. Menurutnya di provinsi Jawa Barat berdasarkan peta monitoring hari tanpa hujan update, Minggu (30/6) dan peta analisis curah hujan dasarian III Juni, dan peta prakiraan curah hujan dasarian II Juli 2019 peringatan dini kekeringan, Majalengka masuk daerah tidak hujan berturut-turut 60 hari yang berpotensi kekeringan ekstrem. \"Namun hingga saat ini diprediksi pantauan dari alat satelit cuaca memang akan terjadi intensitas El Nino tetapi masih cukup lemah. Tepatnya diprediksi bulan Agustus sampai dengan Oktober mendatang,\" ujarnya. Menurutnya, dari musim kemarau panjang tersebut, yang harus diantisipasi yakni sektor pertanian dan perikanan. Sebab kemarau panjang akan menyebabkan pasokan air cukup berkurang. Akibatnya, petani akan mencari-car pasokan air. Beberapa petani biasanya mengandalkan pasokan air dari sumur pantek yang telah dibor. Pihaknya selalu berkoordinasi dengan instansi pemerintah terkait sebagai upaya antisipasi. Terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka, Drs Agus Permana MP membenarkan kalau saat ini masuk musim kemarau. Hanya saja, musim kemarau belum terlalu berdampak kepada kebutuhan air bersih rumah tangga. BPBD selalu menyosialiasikan kepada masyarakat di sejumlah daerah rawan kekeringan melalui pencarian data kekeringan, memberikan data call center kepada pihak desa, hingga meminta nomor kontak desa yang nantinya akan dilakukan komunikasi secara kontinyu. \"Rata-rata desa mengeluhkan lahan pertanian dan perkebunan yang mengalami kekeringan. Sementara untuk kebutuhan air bersih masih terbilang normal,\" kata mantan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) ini. Ditambahkan mantan Camat Ligung ini, hingga awal Juli ini belum ada permintaan kebutuhan droping air bersih secara signifikan. Hanya ada satu wilayah yakni di desa Heuleut kecamatan Kadipaten yang membutuhkan suplai air bersih rumah tangga untuk keperluan MCK. \"Rencananya besok (hari ini, red) akan ada droping air bersih ke wilayah itu. Tepatnya di RW 07 sekaligus kegiatan bantuan pangan,\" tandasnya. (ono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: