Mahasiswa IPB Latih Masyarakat Sekitar TNGC Budidaya Lebah Tak Bersengat
KUNINGAN - Sekelompok mahasiswa Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) memberikan pelatihan budidaya lebah tak bersengat atau Stingless Bee untuk masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai di Desa Sagarahiyang, Kecamatan Darma, Sabtu (13/7). Acara pelatihan dilaksanakan di Aula Desa Sagarahiyang diikuti oleh 30 peserta yang berasal dari pengelola Bumdes Saung Galah Desa Sagarahiyang, mahasiswa dan dosen sejumlah perguruan tinggi di Kuningan dan Majalengka serta tokoh pemuda desa setempat. Kepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai Kuswandono berkesempatan membuka kegiatan pelatihan yang merupakan salah satu program Kuliah Kerja Nyata Tematik para mahasiswa IPB tersebut. \"Tujuan utama kegiatan ini adalah sebagai langkah awal dalam harmonisasi interaksi masyarakat sekitar kawasan konservasi dan kawasan hutan konservasi. Lebih khusus pelatihan ini adalah untuk membudidayakan Stingless Bee (lebah tak bersengat) di Desa Sagarahiang, untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan juga membantu terwujudnya pertanian sehat di desa penyangga TNGC,\" ungkap Kuswandono. Kuswandono melanjutkan, saat ini desa-desa penyangga TNGC sudah ada yang membudidayakan lebah madu secara legal, namun jenis lebah yang dibudidayakan adalah lebah yang bersengat (Apis sp). Ada pun yang kini dikenalkan kepada masyarakat Sagarahiyang adalah jenis lebah T Laeviceps, atau Stingless Bee yang punya kelebihan tidak menyengat sekaligus keberadaannya sebagai polinator biologis yang dapat meningkatkan hasil produktivitas pertanian di sekitarnya. Kegiatan ini juga, kata Kuswandono, diharapkan dapat menghindari pengambilan koloni alami lebah madu secara liar dari dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai, salah satunya dengan cara dibakar. Padahal, kata dia, cara pengambilan madu dengan cara ini sangat berisiko selain dapat menghabiskan koloni lebah, juga dampak sisa pembakaran yang kerap menjadi penyebab kebakaran hutan Ciremai. \"Pelatihan ini selaras dengan 10 cara baru pengelolaan kawasan konservasi, bahwa masyarakat desa penyangga menjadi subyek dalam pengelolaan kawasan. Semoga pelatihan ini mampu mendukung program pertanian sehat yang sedang diterapkan Balai TNGC,\" ujarnya. Sementara itu, Camat Darma Didin Bahrudin yang berkesempatan hadir dalam pembukaan pelatihan mengapresiasi kegiatan tersebut dan berharap bisa berhasil sehingga ke depan akan menjadi salah satu potensi ekonomi Desa Sagarahiyang. Menurut dia, kegiatan tersebut secara tidak langsung juga sebagai wujud dukungan kepada pemerintah daerah yang telah mencanangkan Kuningan sebagai Kabupaten Konservasi. \"Cita cita tersebut terwujud apabila terdapat harmonisasi dan bentuk interaksi antara kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, setiap program pembangunan yang dilaksanakan di Kuningan akan selalu memperhatikan daya dukung lingkungan hidup,\" tandas Didin. Terpisah, dosen pembimbing mahasiswa IPB Arzyana Sunkar mengatakan, pelatihan tersebut untuk mengenalkan masyarakat pada teknik budidaya yang benar, juga akan meningkatkan jiwa kewirausahaan dan membentuk karakter masyarakat yang berdaya saing. \"Selain itu, dengan pengetahuan teknik budidaya yang tepat, diharapkan masyarakat akan menjaga kelestarian hutan Taman Nasional Gunung Ciremai,\" tutur dosen pada Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata Institut Pertanian Bogor ini. Salah satu alasan pengenalan Stingless Bee dilaksanakan untuk masyarakat di Desa Sagarahiyang, kata Arzyana, karena di sekitar hutan yang bersebelahan langsung dengan kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai memiliki potensi pakan yang cukup banyak terutama tanaman kaliandra. Selain itu, kata dia, keberadaan Stingless Bee tersebut akan bisa dimanfaatkan sebagai polinator biologis yang dapat meningkatkan hasil produktivitas pertanian Desa Sagarahiang sehingga para petani tak perlu lagi menggunakan pestisida untuk mengusir hama. Kades Sagarahiyang Imam Budi mengaku sangat senang desanya menjadi tempat diselenggarakannya KKNT mahasiswa IPB sekaligus memberikan pengetahuan tentang budidaya madu jinak kepada warganya. Imam mengatakan, selama ini sebenarnya masyarakat sudah mengenal dengan budi daya lebah yang biasanya, namun sebagian besar gagal karena koloni bubar dan hasil madu yang tidak memuaskan. \"Kami sangat tertarik dengan budidaya Stingless Bee ini, artinya kami tinggal mengembangkan ilmu yang pernah didapat sebelumnya dengan arahan dan bimbingan para dosen dan mahasiswa IPB. Mudah-mudahan ini bisa berhasil dan berkembang sehingga menjadi salah satu potensi unggulan desa kami,\" ujar Kades Imam. (fik)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: