Semangat Muhammad Umar Hadi Mengikuti Lomba MTQ Tunanetra Kabupaten Cirebon

Semangat Muhammad Umar Hadi Mengikuti Lomba MTQ Tunanetra Kabupaten Cirebon

Tidak dapat melihat dan merasa gelap di dunia, bukan berarti akan merasa gelap di akhirat. Hidup hanya sementara. Akhirat tujuan akhir manusia. Motivasi kuat itulah yang dipegang teguh Muhammad Umar Hadi (23) saat mengikuti lomba Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Kabupaten Cirebon. KETERBATASAN fisik bukan penghalang untuk menjadi unggul. Bahkan, kemampuannya tidak jarang melebihi orang normal. Umar adalah satu di antara tujuh peserta tunanetra yang mengikuti lomba MTQ kategori Cacat Netra (Canet) di Masjid Al Mukmin, Kecamatan Arjawinangun, siang kemarin (25/7). MTQ tahun 2019, merupakan kali ke empat Umar mengikuti lomba sejenis tingkat Kabupaten Cirebon. Namun diakuinya, masih ada rasa grogi. Bukan karena khawatir namanya tidak masuk peringkat dan gagal merebut juara, namun karena khawatir bacaaan yang dilafalkannya ada yang keliru. “Rasanya grogi saat membaca surat Al Hijr ayat 1 tadi. Takut melafalkan Alqurannya salah. Bukan karena takut nggak juara. Karena juara entah nomer berapa, dan memang tujuannya bukan itu. Hanya karena cari pengalaman dan menguji mental,” kata Umar saat ditemui Radar Cirebon usai mengikuti lomba, kemarin (25/7). Sejak kecil, pria asal Desa Kalisari, Kecamatan Losari itu, memang terbiasa mendengar lantunan ayat suci Alquran. Bahkan bisa dibilang, ia hobi mendengarkannya. Keterbatasan fisik itu, yang membuat Umar membutuhkan bantuan orang lain untuk menghafal ayat-ayat dalam Alquran. Salah seorang yang disebut Umar sebagai guru, yakni Muhammad Asep, tidak pernah lelah melantunkan ayat Alquran kepada Umar. Kebiasan itu sudah berlangsung bertahun-tahun sejak 2012. Berkat Asep juga, kini Umar bisa mengikuti berbagai perlombaan MTQ. “Metode menghafalnya dibacakan dan diulang-ulang, bukan dari Braille. Alquran Braille baru kenalnya tahun 2014. Ya, saya memang dari kecil tunanetra. Gelap dan buta. Tapi, gelap dunia yang saya rasakan, jangan sampai membuat saya gelap di akhirat,” ungkap Umar. Selama hidup, Umar tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Kisah hidupnya juga membuat miris. Umar tidak pernah merasakan kasih sayang sang Bapak. “Dari kecil memang nggak sekolah. Saya waktu lahir di dunia, ditinggal kabur sama bapak. Nggak tahu bapak saya siapa. Kalau ibu sekarang masih ada, sudah tua,” curahnya. Ketua Majelis MTQ, Ahmad bin Sanusi (65) mengatakan, walaupun memiliki kebutuhan khusus, MTQ kategori Canet diharapkan dapat memberikan motivasi kepada mereka yang sehat secara fisik. “Tunanetra saja bisa mengikuti lomba MTQ, apalagi yang fisiknya sehat. Mereka yang normal, diharapkan bisa termotivasi dan meningkatkan daya belajar ketika mengetahui ini,” harapnya. Sanusi menambahkan, ada tujuh juri dan dua panitera yang memberikan penilaian kepada para peserta dalam lomba MTQ kemarin. “Setelah semua peserta tampil, kesimpulannya masing-masing dari mereka telah memberikan yang terbaik dan semuanya bagus,” katanya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: