Beban Kerja Berat Penghasilan Minim

Beban Kerja Berat Penghasilan Minim

JAKARTA-Bentuk arogansi polisi sangat kentara dalam kasus polisi tembak mati polisi di Polsek Cimanggis Depok Jawa Barat, Kamis (25/7) malam. Namun yang menjadi pertanyaan, apa penyebab munculnya arogansi aparat keamanan? Kasus penembakan Brigadir Rangga Tianto terhadap Bripka Rahmat Effendy bukan kali pertama terjadi. Kasus seperti ini sudah sering terjadi. Terakhir, sebelum peristiwa nahas di Cimanggis, kasus penembakan juga terjadi pada Terakhir Oktober 2017 lalu, di mana anggota Brimob menembak temannya sesama Brimob di lokasi tambang minyak rakyat Blora, Jawa Tengah. Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW) Neta S Pane menyesalkan kasus tersebut. “Ini situasi sangat memprihatinkan. Ini bukan hal tak mungkin nanti masyarakat yang menjadi sasarannya,” ungkap Neta saat dihubungi Fajar Indonesia Network, Minggu (28/7). Neta menuturkan, kasus tersebut harus menjadi pembelajaran jajaran Polri. Pimpinan Polri, kata Neta, harus secara kontinyu mendata dan mengevaluasi kondisi psikologis seluruh anggotanya yang memegang senjata api. “Polri harus terus mendata dan evaluasi para anggotanya, kontrol psikologis mereka yang pegang senjata,” tegasnya. Dari berbagai kasus polisi tembak polisi, IPW menilai karena beban kerja cukup berat seperti yang baru saja diselesaikan, yakni menjaga keamanan sepanjang Pilpres di berbagai daerah. “Saya kira beban kerja bisa menjadi tekanan pisikis hingga kasus yang baru terjadi. Selain itu, di sisi lain juga ada persoalan akut yang melilit anggota Polri, terutama di jajaran bawah yaitu persoalan rumah tangga akibat terbatasnya penghasilan sebagai polisi yang hidup di kota besar,” tutur Neta. Menurutnya, faktor ini kerap menjadi tekanan tersendiri bagi anggota Polri dalam menjalankan tugas profesionalnya, dan kerap menjadi penyebab utama mudah meledaknya emosi polisi jajaran bawah, sehingga polisi menjadi bringas dan sadis. Neta meminta pimpinan polri untuk tidak melupakan persoalan lain, misalnya gaya hidup hedonis yang terkadang menimbulkan konflik antar teman. Selain itu, tekanan atasan yang kerap memberi target untuk pencapaian prestasi atasan itu sendiri juga bisa menjadi faktor penyebab anggota polri nekat melakukan aksi tersebut. Terpisah, Kadiv Propam Polri Irjen Pol Sigit Listyo mengaku prihatin atas peristiwa tersebut. Dia mengatakan, pihaknya sedang menangani kasus penembakan yang dilakukan oleh Brigadir Rangga, dengan korbannya Bripka Rahmat itu. “Kiranya, ini harus jadi perhatian para komandan pasukan, dan kalaupun ada anggota yang memiliki kecenderungan emosional lebih baik dicabut. Dan kedepan, penggunaan senpi ini sudah ada SOP, maka harus betul-betul ditaati, dan pelanggaran terhadap hal ini harus diberikan sanksi, terangnya. Sebelumnya, Sigit juga menegaskan, apabila pihaknya saat ini tengah melakukan upaya penanganan kasus tersebut dengan membentuk tim dan langsung diterjunkan ke lapangan guna menelusuri kasusnya, serta memproses hukum pelakunya sesuai pasal pidana. (mhf/gw/fin)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: