Susur Jejak Cagar Budaya di Indramayu, Begini Kondisinya

Susur Jejak Cagar Budaya di Indramayu, Begini Kondisinya

Kabupaten Indramayu ternyata memiliki banyak cagar budaya. Mulai dari bangunan cagar budaya hingga benda-benda cagar budaya. Data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Indramayu, ada 218 cagar budaya di Kabupaten Indramayu yang telah diinventarisir. Seperti apa kondisinya? UTOYO PRIE ACHDI, Indramayu RADAR Indramayu sempat ikut menyusuri lokasi bangunan cagar budaya bersama Suparto Agus Tinus, selaku Plt Kasi Permuseuman dan Kepurbakalaan (Muskala) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Indramayu, Kamis (1/8) lalu. Meski baru sebagian kecil yang dikunjungi, sudah terlihat kalau kondisinya memprihatinkan dan perlu perhatian. Diawali dengan kunjungan ke Gedong Duwur, di Desa Penganjang Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu. Lokasi ini lebih dikenal sebagai perumahan tentara. Keberadaan Gedong Duwur masih terlihat kokoh. Dengan arsitektur bergaya Eropa (gotik), bangunan ini dulunya merupakan kantor Asisten Residen. Sayang, bangunan yang awalnya bercat putih polos layaknya gedung-gedung Eropa, warnanya telah berubah menjadi warna warni. Mungkin karena sebagian ruangan memang dipakai untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Lavender Kencana. “Memang untuk bagian depan dipakai PAUD jadi agak terawatt, Kalau bagian belakang justru tak terawat dan banyak yang rusak,” kata Tinus. Benar saja, di bagian belakang, yang dulunya merupakan teras belakang dengan pemandangan hamparan sawah, bangunanya mulai rusak. Bahkan sebagian atap dan dinding sudah runtuh dimakan usia. Tidak jauh dari Gedong Duwur, kita bisa melihat bangunan markas tentara KNIL saat agresi militer Belanda I, dengan deretan rumah yang dulu menjadi asrama tentara KNIL. Bagian depan markas KNIL tampak tak terawat, sementara sebagian ruang yang dulu menjadi asrama KNIL saat ini ditempati sejumlah keluarga TNI. Di belakang markas KNIL, masih terlihat beberpa kuburan Belanda (Kerkoof). Jumlah makam di tempat ini sebelumnya ada 50 buah, namun saat ini yang masih ada bekasnya tinggal sekitar 7 makam saja. Masih di sekitar Gedong Duwur, juga ditemukan sebuah batu nisan berukuran sekitar 50x100 cm, dimana tertulis nama Martinus Azon Cornelis, lahir 23 Desember 1860 dan meninggal pada Juni 1916. Sayang keberadaan batu nisan dari marmer itu justru dijadikan penutup septic tank. “Memang banyak warga yang tidak tahu dan tidak paham dengan yang namanya benda cagar budaya. Dibutuhkan sosialisasi secara terus menerus,” ujar Tinus. Bangunan cagar budaya lainnya yang berhasil ditemukan adalah makam Kapiten China di Skober. Makam ini menunjukkan kalau China juga sudah menguasai perdagangan di wilayah Jawa. Kapiten adalah orang yang mengatur perdagangan dan menjadi pengayom China pada saat itu. Sementara, bangunan cagar budaya yang masih terawat adalah Kelenteng Indramayu, yang terletak di dekat Sungai Cimanuk. Kelenteng ini memang masih dipakai sebagai tempat ibadah dan kondisinya pun sangat bagus dan terawat. Tinus menambahkan, masih banyak bangunan cagar budaya di Kabupaten Indramayu yang tidak terawat. Selain itu, banyak juga bangunan cagar budaya yang sudah dibongkar begitu saja, dan diganti dengan bangunan lain. Menurutnya, itu terjadi karena masyarakat tidak tahu tentang cagar budaya. Sementara, di sisi lain pemerintah kurang perhatian terhadap benda-benda cagar budaya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: