Waktu Molor, Pengusaha Banjir Komplain

Waktu Molor, Pengusaha Banjir Komplain

CIREBON-Padamnya listrik membuat geger. Banyak yang dirugikan akibat peristiwa itu. Seperti jasa design dan sablon asal Desa Bodesari, Kecamatan Plumbon, Shokib (26). Lulusan Teknik Informatika ini, meski bersabar. Karena harus menerima komplain pelanggan, akibat molornya waktu pengerjaan. Walau hanya satu hari, namun dampak tersebut sangat dirasakan. Mengingat pengusaha sablon, selalu berpacu dengan waktu. Aliran listrik menjadi kebutuhan yang utama. Seperti untuk menjahit baju dan mengeringkan sablon menggunakan hairdrayer. “Kalau rugi materi, mungkin tidak. Yang pasti rugi masalah waktu. Janji kepada costumer menjadi molor karena proses produksi yang terhenti. Akhirnya mereka pada komplain, kita mau gimana lagi? Ya terima saja karena memang kondisinya tidak memungkinkan,” kata Shokib kepada Radar Cirebon, kemarin (6/8).   Karena listrik pdam, beberapa kaos yang tinggal menunggu finishing untuk merekatkan sablon menggunakan pemanggang kue (open), terpaksa ditunda. Belum lagi, pesanan design yang mengandalkan komputer. “Minimal ada pemberitahuan terlebih dahulu ketika listrik akan padam. Ini mah tidak ada. Mati secara mendadak. Hari minggu (4/8) dari jam setengah dua belas, baru nyala lagi malamnya. Setelah listrik kembali hidup, kita langsung geber. Cuma nggak semua customer komplain, beberapa dari mereka mengerti keadaan,” pungkasnya. BERUNTUNG PADAM DI HARI MINGGU Beralih ke pengusaha rotan. Beberapa pekerjaan produksi rotan memerlukan listrik untuk memudahkan prosesnya. Namun begitu, pengusaha rotan rumahan hanya sedikit terdampak. Pasalnya, padamnya listrik terjadi di hari libur bekerja. Seperti pengusaha rotan milik Amali. Lokasinya masih di sekitar Desa Bodesari. “Karena hari minggu, pekerja nggak masuk semua. Namun ada beberapa model yang memang kita harus selesai, jadi mereka yang lembur atau berangkat di hari minggu, ya stop produksi. Ruginya di waktu. Sengaja lembur hari minggu untuk mengejar target, tapi listriknya padam,” kata Amali. Aneka macam jenis dan bentuk rotan di produksi di bisnis rumahan yang diberi nama “Intan Rattan” itu. Produksi normal dengan karyawan lengkap, berlangsung enam hari kerja. Hanya bekerja di hari libur, ketika permintaan mendesak dan harus selesai dalam waktu yang lebih cepat. Salah seorang pegawainya, Sarimi (50) mengaku, padamnya listrik tanpa adanya pemberitahuan sebelumnya. Beberapa pesanan yang seharusnya dikirim, menjadi tertunda. Intan Rattan melayani aneka macam pesanan. Semua bergantung pada permintaan. “Mati lampu ya pengaruh. Yang kerja lembur untuk memenuhi permintaan yang harus segera, jadi percuma. Karena waktunya molor. Barang yang seharunys dikirim, tertunda. Pesanan jadi terlambat,” tukasnya. (ade)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: