Pembuang Sampah Harus Dibuat Malu

Pembuang Sampah Harus Dibuat Malu

CIREBON-Persoalan sampah menjadi PR besar Pemerintah Kabupaten Cirebon. Sayangnya, kondisi itu tak dibarengi dengan kesadaran masyarakat. Alhasil, banjir sampah di mana-mana. Pasar darurat Pasalaran salah satunya. Tak pernah tuntas dibersihkan. Yang ada, banjir sampah makin meluas. \"Sampah ning kene kuh, uwis diangkut. Numpuk maning, numpuk maning. Sampe luber ning dalan (sampah di sini sudah sering diangkut. Numpuk lagi, sampai luber ke jalan, red),\" ujar Juju (36) pedagang ikan gesek di pasar tersebut kepada Radar Cirebon, Rabu (7/8). Menurut dia, banjir sampah di samping pasar darurat itu mayoritas dari warga. Mereka membuang sampah setiap malam. Ada juga yang pagi dan sore hari. Kondisi itu terus terulang. Meskipun ada tulisan dilarang membuang sampah. \"Yang buang sampah bukan warga setempat saja. Tapi masyarakat dari berbagai desa,\" terangnya. Juju menjelaskan, untuk pedagang sendiri tidak membuang sampah di samping pasar darurat. Sebab, khusus pedagang sudah disediakan TPS di dalam pasar. Banyaknya sampah di samping pasar darurat itu membuat kondisi pasar terkesan kumuh dan menimbulkan bau tak sedap. \"Terganggu mah jelas. Sudah diingetin padahal sama kami. Tapi, tetap aja buang sampah di situ. Kayak masa bodo gitu. Harus diapain si warga yang buang sampah di samping pasar darurat,\" tutur warga Kecamatan Kedawung itu. Sementara itu, anggota Komisi III DPRD Kabupaten Cirebon, H Sugiarto menyampaikan, memang sampah menjadi PR besar pemerintah daerah. Harus ada ketegasan dari pemerintah daerah. Kaitan dengan prilaku masyarakat yang masih minim kesadarannya dalam membuang sampah sembarangan, mesti dibuat malu. Salah satunya, memasang CCTV di samping pasar darurat. Kemudian, dihubungkan dengan video tron yang ada di pasar batik. Biar semua orang melihat, sebagai bentuk sanksi sosial. \"Tampilkan situ (video tron). Biar yang disalahkan jangan pemerintah saja. Tapi, masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Sekarang pemda ingin membuat TPA terus diprotes. Padahal, lokasinya jauh dari pemukiman warga. Di sisi lain, masyarakat membuang sampah sembarangan,\" paparnya. Artinya, kata pria yang akrab disapa Jito itu, masyarakat harus bisa berpikir cerdas. Karena kepentingan pemerintah daerah untuk masyarakat luas. Toh, pemerintah daerah sudah mendapat pelajaran dari TPA Gunungsantri yang sempat ditutup lantaran tidak peduli dengan masyarakat sekitar dan infrastrukturnya. \"Jangan berpikir pendek. Kalau jelek bukan hanya pemda yang kena imbasnya. Masyarakat juga. Saya yakin pemda sudah belajar dari kesalahan,\" pungkasnya. (sam)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: