PG Sindanglaut Ditutup, Bupati Cirebon: Mudah-mudahan Ada Jalan Keluar

PG Sindanglaut Ditutup, Bupati Cirebon: Mudah-mudahan Ada Jalan Keluar

BUPATI Cirebon Imron angkat suara terkait polemik penghentian operasional Pabrik Gula (PG) Sindanglaut. Jika memungkinkan, Imron berharap penghentian atau penutupan operasional pabrik tidak jadi dilakukan.

Imron khawatir akan berdampak sistemik, khususnya bagi para petani tebu dan karyawan. “Kalau bisa jangan ditutup. Banyak yang bergantung dari keberadaan Pabrik Gula Sindanglaut. Mudah-mudahan pihak perusahaan bisa mencari opsi dan alternatif lain sebelum melakukan penutupan,” ujarnya, kemarin.

Namun demikian, lanjut Imron, pihak manajemen PG Sindaglaut tentu punya pertimbangan sendiri terkait dengan kebijakan menghentikan operasional PG Sindanglaut.

“Memang, mana ada perusahaan yang mau terus-terusan merugi. Ini (kondisi merugi, red) tentu jadi pertimbangan perusahan. Mudah-mudahan ada jalan keluar terbaik,” pungkasnya.

Seperti diketahui, PG Sindanglaut berhenti sampai batas waktu yang belum ditentukan. Sekretaris Perusahaan PT PG Rajawali II Erwin Yuswanto menyebut keputusan ini merupakan pilihan sulit yang harus diambil oleh manajemen setelah evaluasi atas perjalanan pabrik gula yang berlokasi di Desa Cipeujeuh Wetan, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, itu.

Terlebih hasil kajian dari LPP (Lembaga Pendidikan Perkebunan) Jogjakarta merekomendasikan kepada PT PG Rajawali II untuk menutup salah satu PG di Cirebon.

“Ini tentu berat buat kami. Apalagi PG Sindanglaut punya historical yang panjang. Tapi keputusan sudah dibuat. PG Sindanglaut tidak akan giling untuk musim giling 2020,” ujarnya, kemarin.

“Kajian dari LPP Jogjakarta menjadi rujukan kita untuk mengambil kebijakan ini. Rekomendasi LPP Jogjakarta, salah satu pabrik harus ditutup. Dasarnya, ketersedian lahan di wilayah kita tak memungkinkan operasional dua pabrik. Akhirnya setelah dilakukan evaluasi, pilihannya adalah tidak melakukan giling untuk musim giling 2020,” lanjut Erwin.

Dikatakan, keputusan tersebut sudah disosialisasikan dengan berbagai pihak. Mulai organisasi petani tebu, tokoh petani tebu, dan pihak-pihak terkait lainnya. Pihak manajeman, sambung Erwin, akan menjamin tidak ada mesin serta alat produksi di PG Sindanglaut yang akan dikeluarkan. Bahkan manajemen akan tetap melakukan perbaikan sambil menunggu waktu PG Sindanglaut akan melakukan giling kembali.

“Berbagai perwakilan terkait pabrik gula sudah kita undang. Sudah kita berikan pemahaman dan sosialisasi. Alhamdulillah, mereka, khususnya para petani, mengerti kondisi pabrik. Tahun ini PG Sindanglaut memang tidak giling. Harapan kita kondisinya membaik dan tahun-tahun berikutnya bisa giling lagi. Makanya alat dan mesin tetap ada di dalam PG Sindanglaut. Untuk tebunya, akan digiling di PG Tersana Baru,” jelasnya.

“Beberapa tahun terkahir kita terus mengalami kerugian. Di tahun 2016 rugi Rp430 juta, tahun 2017 sebesar Rp1,5 miliar, tahun 2018 sebesar Rp5,5 miliar dan pada 2019 sebesar Rp1,5 miliar. Kalau secara performance masih bagus PG Tersana Baru. Oleh karena itu, tebu dari wilayah Sindanglaut akan digiling di Tersana Baru,” bebernya lagi. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: