Balita Koma karena Infeksi Selaput Otak, Keluarganya Tidak Mampu Tanggung Biaya Rumah Sakit

Balita Koma karena Infeksi Selaput Otak, Keluarganya Tidak Mampu Tanggung Biaya Rumah Sakit

Fachry Syakir Ramadhan masih terbaring di Ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) Rumah Sakit Daerah (RSD) Gunung Jati. Balita asal Desa Weru Lor, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, itu mengalami koma akibat infeksi selaput otak.

LAPORAN: ADE GUSTIANA, Cirebon

SEBAGAI orang tua, Enan Zainal Muttaqin (39), tak pernah membayangkan Fachry bakal menderita sakit separh itu. Di tengah masa perawatan, keluarga didera keputusasaan karena tidak mampu menanggung beban biaya rumah sakit melalui pembiayaan jalur umum.

Fachry tidak masuk kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Keluarga baru mendaftarkannya, Senin (17/2) atau di hari pertama perawayan intensif.

“Selama saya masih bisa ikhtiar, caranya bagaimana pasti saya lakukan. Kalaupun ada orang yang mau minta organ saya, saya kasih,” ujar Zainal, kepada Radar Cirebon, Rabu (19/2).

Sesuai dengan aturan, BPJS Kesehatan yang baru terdaftar baru akan aktif 14 hari setelahnya. Aturan itu juga yang membuat pihak keluarga mesti mencari alternatif lain untuk membayar biaya rumah sakit. Meski sampai saat ini, ia belum mengetahui berapa nominal uang yang dimaksud.

Saat ini, aktivitas Faxhry hanya tidur dan seringkali menangis. Penyakitnya mengaharuskan balita malang itu untuk transfusi darah. Terutama setelah dokter memvonis infeksi selaput otak.

BENTURAN KERAS DI KEPALA

Benturan keras beberapa pekan yang lalu, ditengarai sebagai musabab Fachry menderita sakit sedemikian parah. Balita yang tinggal di Blok Kapringan RT/RW 03/01 Desa Weru Lor, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, itu sempat mengalami kecelakaan di rumah.

Zaenal ingat, anaknya pernah terjatuh. Kepala Fachry membentur dinding rumah hingga berdarah. Akibat kejadian itu, Fachry dilarikan ke dokter terdekat di sekitar tempat tinggalnya.

Penanganan dilakukan oleh dokter dengan melilitkan perban di kepala Fachry. Setelah hampir dua pekan, perban baru dilepaskan.

Setelah mengalami kejadian tersebut, awalnya tidak ada yang dikeluhkan. Namun pada Sabtu (15/2) malam lalu, gejala mulai terlihat. Fachry demam disertai suhu badan yang tinggi.

Zaenal dan istrinya, Supinah (35) mengira demam biasa.Hingga Minggu (16/2), gejala yang dialami semakin menjadi-jadi. Suhu badan naik drastis. Hal itu membuat Zaenal yang sedang ada pekerjaan bangunan di Kabupaten Indramayu, mesti cepat-cepat pulang.

Minggu (16/2) malam, saat Kabupaten Cirebon diguyur hujan deras, Zaenal dan Supinah mengupayakan pengobatan untuk buah hati mereka. Namun, tidak ada dokter yang buka saat itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: