Menghapus Jejak Sultan Matangaji

Menghapus Jejak Sultan Matangaji

PERUSAKAN Situs Sultan Matangaji dikhawatirkan dapat menghapus jejak sejarah pejuang Cirebon melawan penjajahan Belanda. Sekaligus salah satu yang melakukan syiar Islam.

Meski belakangan, publik kembali diingatkan dengan Sultan Matangaji di saat bangunan petilasan mengalami kerusakan berat dan tertimbun tanah. 

Filolog, Raden Rafan Safari Hasyim mengungkapkan, fakta sejarah dari Situs Petilasan di Blok Melangse Kelurahan Karyamulya, Kecamatan Kesambi, memang memiliki kaitan dengan keberadaan Sultan Matangaji.

Sultan Matangaji sendiri, dipercaya merupakan Sultan Sepuh ke-V yang naik tahta tahun 1773. Diceritakan pria yang akrab disapa Opan ini, Sultan Matangaji menghindar dari keraton karena tidak ingin tunduk kepada penjajahan Belanda.

Bersama sejumlah pengikut dan pasukannya, Sultan Matangaji menghindar ke Goa Sunyaragi yang dipercaya memiliki terowongan bawah tanah hingga tembus ke Malangse.

“Nama melangse sendiri menurut aksara jawa kuno adalah menuju tirai. Artinya untuk mengelabui penjajah,” kata Opan, kepada Radar Cirebon.

Sultan Matangaji masuk lewat terowongan rahasia di Goa Sunyaragi. Diyakini terdapat akses pelarian ke situs yang sekarang ramai dibicarakan karena tertimbun proyek perumahan itu.

Di Melangse, Sultan Matangaji dan pasukanya mencoba menghimpun kekuatan untuk merancang serangan gerilya. Namun, serangan urung terlaksana karena khawatir jatuh korban lantaran pertempuran yang tidak seimbang.

Sultan Matangaji kemudian berpindah-pindah tempat menuju Kecomberan (Talun, Kabupaten Cirebon), hingga ke daerah Capar (Sidawangi, Kabupaten Kuningan), dan bersama para pengikutnya mendirikan pedukuhan untuk berdakwah menyebarkan syiar Islam.

Pedukuhan tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah desa yang bernama Matangaji di Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon.

Setelah mendirikan pedukuhan, keberadaan Sultan Matangaji diketahui oleh Belanda. Sultan kemudian diundang untuk diajak berunding di sekitaran Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Namun, setelah datang ke lokasi yang dijanjikan, ternyata rombongan langsung diberondong peluru, karena ada oknum yang berkhianat. Tapi saat itu peluru hanya menembus jubahnya saja.

Oknum yang berkhianat tersebut memberi tahu Belanda cara melumpuhkan Sultan Matangaji adalah dengan senjatanya sendiri yang berupa keris. Hingga akhirnya sultan pun dieksekusi dan gugur dalam peristiwa pengkhianatan tersebut.

Kuncen Petilasan Sultan Matangaji di Blok Melangse, Kurdi mentakan, di petilasan tersebut terdapat sejumlah peninggalan diantaranya sumur, punden berundak yang bata merahnya saat ini tersisa beberapa, serta sebatang kayu jati dengan diameter hampir satu meter dan panjang 7 meter terendam di dasar sungai.

Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat membenarkan kawasan tersebut merupakan peninggalan atau petilasan Sultan Matangaji yang merupakan Sultan Kasepuhan ke-V. Dia menceritakan, aktivitas Sultan Matangaji lebih banyak dihabiskan di luar keraton untuk bergerilya melawan penjajah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: