Nina Da’i Bachtiar, Bacabup Indramayu Paling Komitmen Perkuat Kemajuan Sektor Pertanian

Nina Da’i Bachtiar, Bacabup Indramayu Paling Komitmen Perkuat Kemajuan Sektor Pertanian

INDRAMAYU - Komitmen Bakal Calon Bupati Indramayu Nina A Da’i Bachtiar memperkuat kemajuan pertanian dan desa tidak perlu disangsikan. Sektor pertanian menjadi prioritas utama Nina dalam misinya membangun Kabupaten Indramayu ke depan.

Nina mendorong sektor pertanian di Indramayu lebih maju. Karena Indramayu merupakan lumbung padi nasional.

Nina menyebutkan, Indramayu memiliki 110.913 hektare lahan sawah. Menurutnya, lahan pertanian di Indramayu menjadi yang paling luas di Jawa Barat. Namun realitasnya, Indramayu menjadi penyumbang terbesar masyarakat miskin di Jawa Barat.

“Hampir di seluruh titik, kami menyapa warga mendapat aspirasi di sektor pertanian. Mulai dari infrastruktur pertanian yang rusak dan tidak terintegrasi ke sawah-sawah warga, sampai minimnya bantuan pupuk. Ini kami minta agar segera ada prioritas pembangunan infrastruktur pertanian,” tegasnya, Rabu (18/3).

Nina tidak ingin lagi ke depan ada petani di Indramayu yang mengeluh kekurangan air. Akibat kekurangan air, hingga 7.500 hektare lahan di wilayah Indramayu bagian barat (Inbar) puso di tahun lalu.

Terlebih menurut Nina, luas lahan pertanian di Indrmayu berkontribusi besar dalam menyuplai pangan di tingkat nasional. Sehingga pembangunan sektor pertanian harus menjadi prioritas.

“Sektor pertanian merupakan representasi dari kegiatan ekonomi riil masyarakat Indramayu. Karena lebih dari 52 persen warga pekerjaan utamanya sebagai petani. Berarti pertanian merupakan salah satu pilar penting penggerak perekonomian,” terangnya.

Lebih dari itu, dengan luas lahan pertanian yang dimiliki Kabupaten Indramayu harus berbanding lurus dengan kesejahteraan masyarakatnya. Jika petani sejahtera, maka secara otomatis meningkatkan indeks ekonomi atau daya beli masyarakat Indramayu. Sehingga Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menjadi parameter keberhasilan pemerintah daerah juga meningkat.

“Paling tidak ada 3 persoalan penting di sektor pertanian yang harus diatasi. Pertama, minimnya kepemilikan tanah oleh para petani tradisional, di mana masih banyak yang hanya menjadi buruh tani. Jumlahnya fantastis, di Indramayu ada lebih dari 111 ribu petani penggarap dan 314 ribu sebagai buruh tani,” katanya.

Kedua , belum maksimalnya produktivitas hasil pertanian. Itu karena irigasi teknis kurang dari 70 persen, sisanya sawah tadah hujan.

“Problem ketiga adalah tata niaga hasil panen yang belum sepenuhnya tersentuh oleh pemerintah. Struktur pasar yang tidak sehat, yang dicirikan oleh disparitas harga gabah dan beras yang cukup tinggi. Posisi tawar petani sangat lemah dalam penentuan harga. Makanya ini harus segera ditemukan solusinya,” tandas Bendahara Umum Gerakan Nelayan Tani Indonesia (Ganti) itu.

Selain menjadi lumbung padi nasional, Indramayu juga dikenal dengan kota mangga. Saat ini ditambah memiliki komoditas pangan berupa produksi jeruk di Desa Segeran Lor dan Segeran Kidul yang mencapai 50 Ton per tahun.

“Jika produk unggulan desa di sektor pertanian mangga dan jeruk ini juga dikembangkan, akan menjadi nilai tambah bagi pemerintah daerah Kabupaten Indramayu. Apalagi saat ini jeruk masih impor di Indonesia. Di saat bersamaan Indramayu dapat memproduksi jeruk,” pungkasnya. (vic)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: