Puasa Mutih

Puasa Mutih

Lalu menghilang itu. “Saya tidak kuat lagi. Saya ganti jalan pelan. Tiap pagi. Di sekitar rumah saja,” katanya.Sampai hari ke-40 ia masih tetap bisa mengerjakan pekerjaan rutin di rumah. Juga masih bisa membantu istrinya di bisnis spa.

Selama nglakoni itu tiap malam Aminarto juga harus menjalani ritual khusus: mandi tengah malam. Dimulai dengan mandi seperti biasa. Pakai sabun. Setelah itu diteruskan dengan cara mengucurkan air tepat di atas ubun-ubun. Sebanyak 100 gayung.

Mengucurkannya juga harus pelan-pelan. Sambil terus menenangkan jiwa.Kadang ia lupa hitungan: sudah berapa gayung. Untuk itu ia harus memulai lagi dari hitungan pertama.

Aminarto lahir di Blitar, Jatim. Demikian juga istrinya. Ia punya kerabat yang sering menjalani tirakat secara Jawa seperti itu. Termasuk dikubur di kuburan selama tiga hari --puasa pendem.Kerabat itu juga tidak memikirkan duniawi. Ia lebih suka berkelana. Sampai Aminarto tidak pernah lagi bertemu dengannya.

Suatu saat ada rombongan kecil dari Sumatera. Mereka disuruh guru spiritual untuk mencari seorang mursyid di Jatim. Tanda-tandanya: mursyid itu pernah merelakan apa pun hilang darinya. Termasuk istrinya.

Semua tanda itu mengarah ke kerabat Aminarto tersebut. Termasuk saat si kerabat punya istri dan anak kecil. Teman SMA si kerabat pernah jatuh cinta ke istri kerabat itu. Lalu sang istri diminta. Diberikan.Sejak itu si kerabat tidak kawin lagi. Anak kecil itu pun dirawat familinya. Ia sendiri lebih banyak berkelana.

“Akhirnya kami tahu kerabat kami itu punya banyak pengikut. Kami pun akhirnya ikut nglakoni seperti yang dianjurkannya,” ujar Aminarto.Termasuk puasa mutih tadi.

Saya pun baru tahu sekarang ini: mengapa ia dulu menjadi tenaga cleaning service di kantor kami.Saat melamar menjadi cleaning service dulu ternyata sebenarnya ia sudah di semester akhir. Di IKIP Negeri Surabaya. Jurusan pendidikan elektro.

Tidak ada di antara kami yang tahu itu. Ia juga tidak pernah bercerita. Ia hanya mencantumkan lulusan STM di Blitar.Setelah lulus kuliah Aminarto melamar menjadi pegawai negeri. Guru. Diterima. Dengan penugasan pertama menjadi guru STM di Lampung.Ia pun ke Blitar. Ingin pamit ke ibunya. Sang ibu lagi sakit. Lalu minta sang anak untuk tetap di pekerjaannya di Surabaya.

Aminarto pun tetap menjadi cleaning service. Sering disuruh wartawan membeli nasi bungkus. Setiap kali ada wartawan tiba di kantor setiap itu pula ada permintaan yang berbeda.Semua ia laksanakan tanpa keluhan.Lama-lama Aminarto diminta membersihkan komputer. Atau membetulkan kabel. Kok bisa semua. Akhirnya jadi teknisi di ruang redaksi.

Urusan modem, transmisi, transfer berita, dan banyak lagi menjadi pekerjaannya.Dan akhirnya menjadi general manager di office building ketika kami membangun gedung perkantoran.Aminarto memilih pensiun di umur 50 tahun.

Ia ingin membantu istrinya yang membuka spa di Surabaya.Sambil tiap hari ikut senam bersama saya.Berbagai jenis laku tirakat Jawa sebenarnya sudah sering saya dengar. Sejak kecil. Sejak masih di Magetan dulu.Tapi justru baru di tahun 2020 ini saya menyaksikan sendiri, dilakukan oleh teman senam saya sendiri.Saya pun ingat ajaran Jawa lainnya. Yang khusus untuk dilakoni (dijalankan) di musim virus seperti ini.

Namanya: Kidhung Luput Bilahi. Dibaca tengah malam. Setelah mandi 100 gayung itu. Setelah puasa mutih 40 hari itu.Itu bisa juga disebut Kidhung Luput Kolo Bendhu.Tapi siapa yang masih hafal bait-baitnya? (dahlan iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: