Wawancara dengan Pasien Positif Covid-19 di RSD Gunung Jati

Wawancara dengan Pasien Positif Covid-19 di RSD Gunung Jati

-Ketika sudah positif itu berarti sampai saat ini, kalau saya membaca surat Mas itu berarti sudah sekitar 3 kali tes swab ya?

Iya sudah yang ketiga kali. Itu tanggal 14, 18 Maret tanggal 24 Maret

-Kalau saya membaca press release terakhir, disebutkan kondisi Mas sudah baik. Tapi Mas katanya masih positif corona ya? Sampai tes swab ke berapa Mas dinyatakan masih positif?

Dari ketiga sampai sekarang berarti, belum ada lagi hasil yang keluar. Saya di sini awalnya tidak dibolehkan saling berbicara dengan pasien lain. Tapi lama-lama kami pun tergerak untuk membicarakan hal ini. Mereka yang PDP itu kan bertanya-tanya. Sebenarnya mereka negatif atau positif. Padahal, mereka masih PDP. Di ruang isolasi itu baru saya yang waktu itu sudah dinyatakan positif

-Oh iya, sampai hari ini aktivitas apa yang biasanya lakukan di ruang isolasi?

Aktivitas kebetulan kalau hari terakhir ini saya lumayan bebas bergerak mas, karena infus saya sudah dicabut. Jadi kegiatan beribadah juga sudah mulai lancar gitu kan. Terus juga ya, saya bisa salah satunya tadi ngetik surat itu. Itu untuk menuangkan apa yang saya alami yang kaitannya untuk tindakan lainnya tentu kita menjalani pengobatan beberapa lama kemudian kita juga beberapa kali. Di sini (ruang isolasi) ada sedikit halaman, jadi bisa untuk melihat matahari dan lumayan saya sudah bisa olahraga ringan. Bisa berjemur

-Sekarang bicara ke surat terbuka. Mas menulis surat itu apa harapannya?

Saya menulis surat terbuka itu termasuk mewakili pasien lainnya yang ada di ruangan isolasi RSD Gunung Jati. Saya berharap bahwa hasil swab itu bisa lebih cepat keluar dari Balitbang Kementerian Kesehatan. Saya pribadi sudah sudah 12 hari menunggu hasil yang ketiga itu, (pasien) yang lainnya sudah lebih dari itu, masalahnya itu di mana ya? Kenapa saya tujukan kepada presiden, karena saya pribadi tahu bahwa yang dapat memotong birokrasi persuratan administrasi dan hal-hal yang bertele-tele itu adalah komandan tertinggi di negara ini yaitu presiden.

Saya sudah coba untuk menggali informasi dari rumah sakit dan dari dokter yang ada di sini. Kendalanya adalah menunggu surat keluar. Jadi ya sekarang di kondisi darurat, fokus kita itu adalah memotong jalur birokrasi.

Kenapa pasien yang sembuh itu, sampai hari ini baru 46 orang yang dinyatakan sembuh. Itu menjadi sebuah pertanyaan. Apakah jumlah pasien sembuh ini karena penangananya yang tidak tepat atau justru masalah birokrasi terhadap hasil swab keluar?

Saya yakin, semakin cepat keluar hasil swab, semakin bisa jadi dasar penanganan bisa lebih cepat. Juga itu sangat berguna untuk semua pihak. Terutama bagi untuk memberi treatment. Harus seperti apa tindakan yang akan diambil. Buat kita pasien ketika hasilnya membaik itu akan jadi semangat

-Kembali ke awal ketika dinyatakan positif, katanya keluarga juga dapat efek sosial dari masyarakat?

Awal saya memang down. Tapi harus menemukan momentum. Misalnya untuk tadi, oke ini saya harus lawan virus ini. Yang saya sayangkan, sebelum ada pengumuman resmi dari pemerintah bahwa saya itu positif, sangat disayangkan informasi itu bocor duluan di WhatsApp. Orang tahu nama saya, di mana saya tinggal, nomor handphone saya berapa. Lebih berat lagi, tekanan dari masyarakat kemudian membentuk stigma negatif tidak hanya kepada saya, tapi juga kepada keluarga

-Sejauh ini keluarga sudah dicek?

Ketika dinyatakan positif, otomatis keluarga menjadi ODP. Ibu dan adik saya sudah diambil swab dan hasilnya negatif. Ada banyak sekali omongan-omongan di lingkungan kediaman kami, warga jadi hati-hati kalau lewat komplek perumahan saya karena sudah tahu ada orang positif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: