Jumlahnya Terus Naik, 1.155 Kasus Positif Covid-19, 102 Meninggal Dunia

Jumlahnya Terus Naik, 1.155 Kasus Positif Covid-19, 102 Meninggal Dunia

JAKARTA - Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mencatat hingga Sabtu (28/3), total positif Covid-19 di Indonesia sebanyak 1.155 kasus. Sementara 59 orang sembuh dan 102 meninggal dunia. Ada penambahan konfirmasi positif sebanyak 109 kasus baru. Artinya, masih ada penularan di tengah masyarakat.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto pada menjelaskan, pasien yang sembuh bertambah 13 kasus. Sementara yang meninggal bertambah 15 kasus. Sebelumnya pada Jumat (27/3), tercatat 1.046 kasus positif Covid-19, 87 meninggal dan 46 orang sembuh. \"Gugus Tugas terus mendata kasus positif Covid-19. Yakni di Provinsi Aceh tetap empat kasus, Bali sembilan kasus, Banten 103 kasus, Jogjakarta 22 kasus, DKI Jakarta 627 kasus,\" jelas Yurianto di Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (28/3).

Selanjutnya di Jambi satu kasus, Jawa Barat 119 kasus, Jawa Tengah 55 kasus, Jawa Timur 77 kasus, Kalimantan Barat tiga kasus, Kalimantan Timur 17 kasus, Kalimantan Tengah tujuh kasus dan Kalimantan Selatan satu kasus. Kemudian di Kepulauan Riau lima kasus, NTB dua kasus, Sumatera Selatan dua kasus, Sumatera Barat lima kasus, Sulawesi Utara dua kasus, Sumatera Utara delapan kasus, Sulawesi Tenggara tiga kasus.

Selain itu tercatat 33 kasus di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dua kasus, Lampung empat kasus, Riau satu kasus, Maluku Utara dan Maluku masing-masing satu kasus, Papua Barat dua kasus serta tujuh kasus positif di Papua. Terdapat satu provinsi yang kembali terdapat kasus positif yakni Kalimantan Utara dua kasus.

Sementara itu, Presidium lembaga kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Yogi Prabowo menyatakan sudah saatnya ada pengelompokan pasien Covid-19 berdasarkan tingkat keparahan serta mendistribusi pasien ke fasilitas kesehatan sesuai levelnya. \"Perlu dilakukan disaster triage atau triase bencana. Yaitu proses memilah dan mengelompokkan pasien Covid-19 sesuai severity atau tingkat keparahannya,\" kata Yogi di Jakarta, Sabtu (28/3).

Triase bencana tersebut memiliki peranan penting dalam perawatan pasien termasuk pengaturan darurat melalui pengelompokan serta memprioritaskan pasien secara efisien sesuai dengan tampilan medis pasien. Apalagi saat ini tingkat kematian akibat Covid-19 mencapai sekitar delapan persen.

Pengelompokan itu dibutuhkan karena meski pemerintah menyiapkan berbagai Rumah Sakit (RS) rujukan, macetnya sistem rujukan antarfasilitas kesehatan masih terjadi. Di satu sisi, pemerintah sudah menyiapkan RS rujukan Covid-19 di antaranya RS Persahabatan, RSPI Sulianti Saroso, RSPAD Gatot Subroto, bahkan ditambah dengan RS lainnya yakni RS Fatmawati, RS Pelni dan RSKD Duren Sawit.

Ada juga upaya-upaya lain dengan menyiapkan ratusan ICU untuk merawat pasien Covid-19 di RS Pertamina Jaya, ratusan tempat tidur di RSUD Pasar Minggu serta ribuan tempat tidur untuk menangani pasien di Wisma Atlet. \"Macetnya sistem rujukan antarfasilitas kesehatan tersebut masih terjadi. Selain itu, Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) juga tidak berjalan lancar. Bahkan, ada pasien yang meninggal di ambulance atau di jalan saat menuju fasilitas kesehatan,\" paparnya.

Selain itu, terdapat pula potret lain yang dapat dilihat dari pengalaman negara lain menangani Covid-19. Termasuk kematian pasien-pasien selain akibat gagal pernapasan. Hal ini bisa disebabkan oleh masalah jantung yang mengakibatkan pasien drop secara tiba-tiba.

Hal ini berarti untuk pasien Covid-19 kategori berat perlu penanganan tim ICU yang multidisiplin. \"Tidak bisa dilakukan di ICU yang tidak memiliki tim lengkap terutama kardiolog. Sementara saat ini banyak rencana menyediakan ICU-ICU yang ditingkatkan. Namun terkendala sumber daya manusia dan tim yang lengkap,\" terangnya.

Yogi menyarankan untuk mempermudah dan memotong jalur komunikasi berjenjang, dapat dibentuk forum rujukan Covid-19 yang beranggotakan para direktur rumah sakit. \"Yang terpenting pula dalam triase bencana harus ada komando. Sehingga prosesnya dapat berjalan lancar,\" pungkasnya.

Terpisah, Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) Kementerian Keuangan menyebut seorang pegawainya, Rezka Hastara meninggal dunia diduga mengidap Covid-19. Almarhum diketahui meninggal dunia pada Jumat (27/3) sekitar pukul 14.00 WIB di tempat tinggalnya di kawasan Jakarta Pusat.

Pemeriksaan jenazah pegawai Kemenkeu itu dilaksanakan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta untuk mengetahui penyebab meninggalnya. LMAN menyebutkan pemeriksaan hanya dilakukan visum luar sesuai dengan persetujuan keluarga. Kementerian Keuangan mengaku kehilangan pegawai terbaiknya itu yang ditugaskan di LMAN. (khf)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: