Kopi Gunungwangi Rambah Pasar Australia

Kopi Gunungwangi Rambah Pasar Australia

MAJALENGKA - Majalengka dikenal memiliki keindahan alam yang menjadi daya tarik pariwisata. Majalengka juga dikenal memiliki buah-buahan khas seperti durian dan mangga gedong gincu yang menjadi daya tarik. Tapi tidak banyak yang tahu Majalengka juga memiliki komoditas kopi yang memiliki cita rasa premium.
Potensi kopi Majalengka baik Robusta maupun Arabika sangat tinggi, di antaranya di kawasan Lemahsugih, Sadarehe Rajagaluh, dan Gunungwangi Argapura. Jika kopi Lemahsugih sudah \"dikuasai\" investor Korea Selatan, maka pegiat kopi di Gunungwangi berupaya mempertahankannya dan berharap Majalengka memiliki brand kopi sendiri yang bisa menjadi andalan untuk menarik minat wisatawan dan investasi tanpa harus dikuasai pihak luar.
Hal tersebut disampaikan salah seorang pegiat kopi Gunungwangi yang membentuk  kelompok Cantika Ciremai dengan brand kopi Aki Away, Siti Syafaatul Pitriyah. Meski baru dua tahun terakhir bergelut di usaha kopi, Siti berani memproklamirkan bahwa kopi Majalengka khususnya Gunungwangi bisa jadi komoditas andalan untuk menarik wisatawan maupun meningkatkan ekonomi masyarakat.
Meski saat ini diaukinya produksi dan distribusi terhambat wabah corona, salah satunya pesanan gula semut dari Sukabumi yang tersendat. Meski baru dua tahun, penjualan kopi Gunungwangi sudah mencakup  Bandung, Semarang dan kota-kota besar di Indonesia. Bahkan pasar Australia sudah menerima, seperti saat Gubernur Jawa Barat meresmikan cafe Jabar Juara di Canberra.
\"Untuk pasar ekspor memang belum konsisten, karena kapasitas produksi belum siap dalam jumlah banyak. Potensi kopi Gunungwangi di kisaran 30-35 ton per tahun, tapi tidak semua petani menggarap kopi dengan baik,\" terang Siti.
Kopi eksklusif Gunungwangi memiliki ciri khas aroma gula merah. Tapi Cantika Ciremai tidak melakukan proses produksi secara keseluruhan, hanya dari proses panen sampai penjemuran. Sementara untuk proses roasting dilakukan di Pangalengan, Kabupaten Bandung. Siti mengaku sudah cocok roasting di tempat tersebut.
Siti menegaskan, untuk urusan kopi jangan hanya mengejar sisi bisnisnya saja, tapi juga harus benar-benar mencintai segala aspek. Termasuk menjaga brand, dengan mendaftarkan hak paten merek Aki Away, meski sampai saat ini belum ada kabar sampai sejauh mana prosesnya. Dirinya bahkan mengagendakan desa wisata kopi di Majalengka.
\"Kata kuncinya adalah pemberdayaan masyarakat, kami sejauh ini baru memproduksi sekitar 4 ton per tahun padahal potensinya masih cukup besar. Dengan desa wisata, semua sektor bisa meningkatkan pendapatan,\" tandas Siti.
Pemberdayaan memang menjadi passion Siti, yang di awal tahun 1996 bergabung di PNPM simpan pinjam. Dia sering menemui nasabah yang mengeluh kesulitan membayar dan menawarkan diri membayar dengan hasil panen pisang. Sehingga Siti berinisiatif membuka usaha keripik pisang, yang juga bertahan sampai saat ini. Ketika PNPM tergerus bank Emok atau kredit keliling, Siti melihat pemberdayaan masyarakat semakin menurun khususnya hasil panen pisang. Meskipun produksi masih berjalan karena bahan baku bisa dibeli di pasar. Kondisi tersebut diperparah dengan kebijakan yang dikeluarkan TNGC di tahun 2016 yang membatasi penanaman di lahan milik TNGC selain tanaman pisang yang habis dirusak hama babi hutan.
Saat kesulitan mencari bahan baku keripik pisang, Siti melihat banyak tanaman kopi yang hanya dikelola alakadarnya oleh masyarakat. Dia kemudian mencoba membeli dan mengolah sehingga akhirnya menjadi usaha sendiri. Menurutnya, jumlah petani kopi di Gunungwangi mencapai 120 orang dengan luas lahan 90 hektar. Cantika Ciremai saat ini memanfaatkan bahan baku kopi di lahan sekitar 30 hektar milik TNGC. Sementara 60 hektar lainnya milik perhutani dan pribadi.
\"Awalnya keripik pisang binaan TNGC, maka kopi juga sekarang binaan TNGC. Saya mau ajak masyarakat untuk membagi tugas pengolahan, pemasaran, dan lainnya,\" harap Siti.
Terkait pengembangan dan modal, menurutnya banyak yang menawarkan bantuan dan banyak juga yang dia tolak. Dirinya ingin konsep bantuan tersebut berbentuk koperasi dimana nasabahnya bisa membayar dengan komoditas khususnya kopi dan pisang. Dia juga berharap bantuan tersebut berbentuk pelatihan sumber daya manusia. Menurutnya, jika petani yang meminjam modal kemudian membayar menggunakan komoditas, maka tidak akan lagi  meminjam ke bank emok, sehingga petani memberdayakan lahan dengan baik. Namun sampai saat ini belum ada pihak atau dinas yang merespons konsep tersebut. Cantika Ciremai juga sempat hendak dibina Bank Indonesia, namun tempatnya belum memadai untuk produksi.
\"Kami berharap ada pihak yang memiliki idealisme sama, sehingga Majalengka punya brand kopi sendiri yang bisa menjadi oleh-oleh andalan,\" pungkasnya. (iim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: