Antisipasi Kemungkinan Terburuk

Antisipasi Kemungkinan Terburuk

CIREBON- Pemerintah Kota Cirebon mengantisipasi kemungkinan terburuk membludaknya pasien corona virus disease (Covid-19). Upaya yang dilakukan adalah menambah kapasitas ruangan untuk pasien dalam pengawasan (PDP) dan pasien positif.

Selain Rumah Sakit Gunung Jati dan Pusdiklatpri, Gedung Diklat BKKBN di Jl Sudarsono ikut dipersiapkan. Anggaran kebutuhan tersebut juga sedang dirancang. \"Untuk mengantisipasi (outbreak, red) sampai akhir Mei, RS Gunung Jati ada 50 bed tambahan, jadi kapasitasnya 80,” ujar Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Dinas Kesehatan, dr Sri Laelan Erwani, kepada Radar Cirebon, Selasa (7/4).

Sedangkan pemanfaatan gedung Diklat BKKBN, dan Pusdiklatpri sedang dirancang untuk penggunaan maupun aspek pendanaannya.

Untuk tim percepatan penanganan Covid-19, ada 11 organisasi perangkat daerah (OPD) yang tergabung dalam gugus tugas. Namun, baru 4 OPD yang baru masuk rancangan.

Ia tidak menyebut berapa besaran yang dibutuhkan untuk persiapan terjadi outbreak. Sedangkan untuk keperluan pasien yang akan diisolasi saja, butuh dokter 3 kali shift jaga, dan keperluan lain.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon dr Edy Sugiarto MKes mengatakan, Gedung Pusdiklatpri akan segera digunakan untuk menampung pasien Covid-19. Yakni tinggal menunggu PMI yang saat ini masih memanfaatkan gedung tersebut. \"Kalau gedung sudah kosong, TNI dan Polri sudah siap membantu. Kalau itu sudah kosong kita bersih-bersih,\" ujarnya akhir Maret lalu.

Bersih-bersih dilakukan dengan penyemprotan disinfektan pada seluruh bagian/ruangan. Disinfektan, sudah seharusnya disemprotkan kepada benda mati atau ruangan kosong, bukan kepada manusia.

Setelah dibersihkan, jarak masing-masing bed diatur sejauh 2 meter. Pusdiklatpri, diperkirakan mampu menampung 300-350 pasien. \"Dikasih partisi, dan tiap hari disemprot disinfektan,\" tukasnya.

Adapun untuk Kota Cirebon, sampai Selasa (7/4) tidak ada pasien yang positif terinfeksi Covid-19. Kemudian ada empat pasien dalam pengawasan (PDP), dan dua diantaranya sudah sembuh.

Total orang dalam pemantauan (ODP) mencapai 273 orang, 173 dalam proses pemantauan dan 166 selesai. Tingginya angka ODP karena mobilitas masyarakat, juga interaksi. (ade)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: