Polisi Cari Rekaman Pengajian
JAKARTA - Mabes Polri serius mendalami pengakuan salah seorang pelaku perampokan Bank CIMB Niaga Medan yang tertangkap. Saat ini, penyidik Densus 88 Mabes Polri sedang mencari rekaman pengajian Abu Bakar Ba’asyir di Hamparan Perak, Sumatera Utara. Jika rekaman itu didapatkan, maka polisi yakin Ba’asyir tak bisa berkelit lagi. “Saat ini Ba’asyir sedang diperiksa keterkaitannya dengan jaringan teroris Medan,” ujar Kadiv Humas Polri Irjen Iskandar Hasan di Jakarta kemarin. Polri meyakini Ba’asyir turut memotivasi jihad kelompok teroris Medan melalui serangkaian tausyiah (pengajian). Hal itu diketahui dari pengakuan dan keterangan tiga teroris Medan yang ditangkap dalam kondisi hidup. Tausyiah atau pengajian itu berlangsung di sebuah rumah yang letaknya sekitar tiga kilometer dari Mapolsek Hamparan Perak. Namun, polisi mengakui bahwa hal itu baru berdasar keterangan tersangka dan tidak ada bukti yang lain. “Saat ini memang belum ada barang bukti. Rekaman dari hasil dia ceramah juga belum ada,” kata mantan Kapolda Bangka Belitung itu. Meski begitu, Iskandar memastikan bahwa Ba’asyir pernah bertandang ke Hamparan Perak dan berceramah tentang jihad di sana. “Ba’asyir memotivasi jihad versinya dia. Jihad persisnya dia (Ustaz Abu) salah satunya boleh merampok segala macam. Motivasi ke orang-orang supaya jadi pengikutnya, ya yang kemarin benar-benar jadi perampok,’ katanya. Iskandar mengatakan, untuk memperkuat keterlibatan Ba’asyir dalam kegiatan teroris Medan itu, penyidik akan memasukkan keterangan-keterangan tersangka teroris Medan yang dibekuk dalam kondisi masih hidup itu ke dalam berkas perkara Ba’asyir. Iskandar juga membenarkan bahwa Taufik Hidayat dan Alex, bukanlah pengurus JAT wilayah Sumatera Utara. Hal itu disampaikan Iskandar untuk menyikapi tudingan seorang terduga teroris yang tertangkap, Khairul Ghazali, bahwa pimpinan perampok Bank CIMB Niaga, Taufik Hidayat dan Alex, adalah pengurus JAT wilayah Sumatera Utara. Jenderal bintang dua itu mengakui, JAT memang tidak memiliki cabang di Sumatera Utara. “Secara struktural memang tidak ada di Medan. Tapi, indikasi orang JAT ke sana, cuma, kami belum bisa katakan secara pasti,” tuturnya. Iskandar memastikan bahwa setelah para pelaku teror ditangkap, masih ada sisa-sisa anggota jaringan yang berkeliaran di Indonesia. “Kita yakini pimpinannya yakni Abu Tholut masih ada di Indonesia, dia tidak lari kemana-mana,” katanya. Kemarin, Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri (BHD) juga meminta polda-polda di daerah untuk menginventarisir hal-hal yang dapat menjadi ancaman bagi Polri ke depan. Seperti gejala-gejala yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat, kepemilikan senjata, kelompok radikal dan sebagainya. “Saya minta jenderal (Kapolda) menginvetarisir sumber-sumber kemungkinan potensi (ancaman) di wilayah masing-masing,” ujar BHD. Lulusan Akpol 1974 itu mengumpulkan seluruh Kapolda di Polda Metro Jaya. Pertemuan yang berlangsung hingga pukul 23 malam itu juga dihadiri calon Kapolri Komjen Timur Pradopo. Timur duduk satu meja dengan Komjen Ito Sumardi, dan Komjen Imam Sudjarwo. BHD menyebutkan, dinamika ancaman terhadap aparat sangat tinggi. “Belakangan ini dinamika yang berkaitan dengan penyerangan petugas kepolisian, markas ditingkat polsek, bentrokan fisik antar masyarakat atau kelompok, pembakaran cenderung meningkat terjadi dibeberapa kota, saya minta Polri mampu meminimalisir segala bentuk ancaman yang akan timbul,” katanya. Bentuk antisipasi itu, tambah Kapolri, antara lain dengan memaksimalkan koordinasi internal kepolisian hingga ketingkat terendah dengan segenap elemen masyarakat. “Perankan satuan hingga satuan terkecil subsektor sampai polda. Dengan peran subsektor tentunya tidak berdiri sendiri, dia ada bersama babinsa, pemerintah daerah, bersama-sama mencegah aksi kekerasan, ini menjadi atensi kita,” katanya. Di bagian lain, kubu Ba’asyir kembali membantah informasi keterlibatan ustad kharismatik itu. “Ustad hanya melakukan pengajian dan itu terbuka,” ujar asisten pribadi Ba’asyir Hasyim Abdullah di Mabes Polri kemarin. Hasyim meminta semua pihak tidak mengumbar tuduhan. “Itu fitnah saja,” katanya. Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) juga sudah menyampaikan pernyataan resmi bahwa lembaga ini sama sekali tidak merestui aksi-aksi kekerasan. Densus 88 Dilaporkan Densus 88 Mabes Polri kemarin dilaporkan oleh Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan ke Komnas HAM dan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas). Kontras menemukan adanya tindakan penyiksaan yang dilakukan oleh Densus 88 di Markas Detasemen 88 di Tantui dan Mapolsek Saparua. Tercatat dari 23 orang yang ditangkap sejak 1 Agustus 2008, 21 orang diantaranya ditahan sampai sekarang dan 14 orang diantaranya mengalami tindakan penyiksaan. “Penangkapan dan penahanan itu terjadi menjelang kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Kota Ambon dalam rangka perayaan puncak Sail Banda,” ujar Kepala Divisi Hukum dan HAM Kontras Sri Suparyati kemarin. Mereka ditangkap dengan alasan keterlibatannya pada organisasi Republik Maluku Selatan (RMS) dengan beberapa alat bukti diantaranya, poster yang diterbitkan KontraS dan HRW (Human Rights Watch). KontraS telah melakukan investigasi ke Kota Ambon, Maluku dan Kecamatan Saparua, Maluku Tengah. Berbasis pada hasil temuan KontraS dengan berbicara dengan para saksi korban, saksi peristiwa dan pejabat Polda Maluku serta pengacara para tersangka di lapang. (kuh/rdl)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: