Suasana Tajug Agung Pangeran Kejaksan Berbeda dari Tahun Lalu, Tapi Tetap Gelar Tarawih

Suasana Tajug Agung Pangeran Kejaksan Berbeda dari Tahun Lalu, Tapi Tetap Gelar Tarawih

Tajug Agung Pangeran Kejaksan merupakan salah satu masjid tua dan bersejarah di Cirebon. Tajug ini terletak di gang kecil, tepatnya di RW 03 Pamitran Utara Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon.

KHOIRUL ANWARUDIN, Cirebon

DARI Masjid Raya Attaqwa, tajug ini letaknya tak terlalu jauh. Di sisi kiri Jalan Siliwangi menuju Jalan Karanggetas, terdapat sebuah papan yang menunjukkan bahwa masjid ini merupakan cagar budaya Cirebon. Sebelumnya, Tajug Agung Pangeran Kejaksan bernama Masjid Muhajirin.

Sama dengan masjid lainya, Tajug Agung Pangeran Kejaksan saat bulan Ramadan ini, tampak tak seramai biasanya. Jamaah yang datang hanya oleh warga sekitar. Plus sebagian pedagang di Pasar Pagi dan PGC.

\"Apalagi sekarangkan toko-toko tutup. Jadi kebanyakan hanya warga sekitar saja. Ya, ada sih beberapa pendatang tapi tidak banyak,\" ungkap Uki Saluki, Juru Kunci Tajug Agung Pangeran Kejaksan.

Tajug Agung Pangeran Kejaksan, selain difungsikan untuk Salat Fardhu, juga biasa menggelar Salat Ied, baik Idul Fitri maupun Idul Adha. Tapi tidak melaksanakan Salat Jumat.

Selama bulan puasa kali ini, Tajig Agung Pangeran Kejaksan tidak menggelar lagi tradisi-tradisi yang biasanya ada. Seperti buka bersama hingga tadarusan. Namun untuk pelaksanaan Salat Tarawih, hanya dilakukan oleh sebagian jamaah saja yang merupakan keluarga dan tetangga terdekat.

\"Karena lingkupnya kecil, jadi masih tetap dilaksanakan,\" kata Uki.

Uki melanjutkan, dari zaman ke zaman setiap generasi tidak pernah menceritakan sejarah dan asal usul berdirinya tajug ini. Hanya saja, diperkirakan tajug ini telah berdiri sejak 1478 M.

Uki menceritakan, berdasarkan babad Cirebon, pada tahun 1478 M, menjelang pembentukan Kerajaan Cirebon, empat orang bersaudara dari Baghdad berlayar menggunakan empat kapal menyusul orang tuanya Syekh Dahtul Kahfi ke Amparan Jati yang sekarang dikenal sebagai Gunung Jati. Mereka datang dengan disertai kurang lebih 1.200 orang pengikut. Mereka mendarat di Pelabuhan Muara Jati.

Hubungan antara Sunan Gunung Jati dengan Pangeran Kejaksan adalah saudara misan, yaitu ibunya Pangeran Kejaksan adalah kakak dari ayahnya Sunan Gunung Jati. Sehingga derajat Pangeran Kejaksan lebih tua dari Sunan Gunung Jati.

\"Bisa dilihat, masih terdapat saka guru yang terbuat dari kayu jati yang masih kokoh. Meskipun ada beberapa bagian yang sudah direnovasi. Ada pula ornamen keramik-keramik China. Kemungkinan sejaman dengan pendirian Masjid Merah panjunan, Masjid Pejlagrahan dan Masjid Syekh Bentong,\" papar Uki. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: