Dari Tanah Abang Hingga Keliling Ke Luar Negeri

Dari Tanah Abang Hingga Keliling Ke Luar Negeri

Setelah lulus kuliah, banyak orang yang memilih untuk bekerja di perusahaan. Namun, berbeda dengan Efi Utayati. Efi yang memiliki bekal pendidikan saat kuliah dengan jurusan bisnis perbankan. Nampaknya, lebih memilih usaha perbatikan lantaran kegalauan orangtuanya.

Nur Via Pahlawanita, Cirebon

Meskipun latar belakang orangtua Efi ialah batik. Namun Efi tidak ingin bisnis batiknya seperti orangtuanya. Kepada Radar, Efi pemilik Adifta Batik ini mengaku, orangtuanya hanya bisa memproduksi batik namun tidak bisa menjualnya secara langsung. Efi merasa kasihan terhadap kegalauan orangtuanya, dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia (SDM) dan ilmu marketing orangtuanya, orangtuanya hanya mampu memproduksi batik lalu dijual ke showroom tanpa terjun langsung dalam pemasaran.

Berbekal ilmu membatik yang sudah ia lakoni sejak kelas IV SD, Efi beranikan diri untuk langsung memproduksi batik dan menjualnya. Awalnya, Efi membawa hasil produksinya untuk dijual ke Pasar Tanah Abang Jakarta. Dua puluh tahun lalu, Efi ingat betul akan kritikan dan nyinyiran tetangga serta lawan bisnisnya. Namun karena kegigihan dan ketekunanya, bisnis Efi dalam membatik sedikit demi sedikit membuahkan hasil. \"Kalau hanya produksi itu untungnya sedikit sekali, ongkos produksi, bahan baku mahal, orangtua hanya bisa nitip (jual) ke showroom. Karena kebiasaan ini, saya pikir kok usaha batiknya stagnan tidak maju-maju. Akhirnya saya beranikan diri, saya produksi langsung, dan ngejual juga. Saya keliling tawarkan dagangan ke toko-toko Pasar Tanah Abang, Alhamdulillah ternyata omset keuntungannya bisa berlipat-lipat,\"tutur Efi saat dijumpai Radar, di Kediamannya di Desa Kalitengah, Blok Kebagusan, Kecamatan Tengahtani, Kabupaten Cirebon, Rabu(9/9).

Lebih lanjut, ujarnya, kala itu ia harus berjualan keliling ke Pasar Tanah Abang dengan membawa kain batik satu tas rangsel. Diceritakan Efi, efi pernah kecopetan saat menjual batik dari toko ke toko. Ia pun mengingat kembali banyak peristiwa pahit yang dialami saat berjualan berkeliling. Mulai dari tidur atau bermalam di Pasar Tanah Abang hingga dagangannya kehujanan.

\"Dari Cirebon saya naik mobil bus, kehujanan sampai basah kuyup, kepanasan sudah biasa, Hp hilang, sampai ayah meninggalpun posisi saya masih di Tanah Abang, sedih banget kalau ingat itu,\"kenang Efi.

Efi bersama suami kini telah menelurkan ribuan macam motif batik. Dikatakannya, 90 persen batik yang dimilikinya ialah hasil produksi sendiri bersama para pengrajin (karyawan,red). \"Basic pendidikan saya sebetulnya bukan batik, tapi memang latar belakang keluarga membatik. Nah karena saya tidak mau kehilangan peluang pangsa pasar, sedih usaha orangtua stagnan. Saya sama suami produksi sendiri, batiknya lalu ngejual sendiri. Yang lainnya kan kebanyakan hanya ngejual,\"kata Efi ibu dua anak ini.

Karena kepiawaian dan kegigihannya dalam membatik. Efi pun mendapat tawaran untuk mengikuti berbagai binaan dan pelatihan dari Pertamina. Keterlibatan Pertamina membantu usahanya telah mengubah banyak hal terhadap bisnis batik Efi. Awal pertemuan Adifta Batik dengan Pertamina sebenarnya tak diduga. Saat itu Adifta Batik tengah mengikuti suatu pameran dan tiba-tiba datang pihak Pertamina yang menawarkan Efi untuk menjadi mitra binaan. “Setelah itu saya mengajukan proposal ke Pertamina, lalu disurvei dan diseleksi. Setelah lolos baru Pertamina memberikan bantuan permodalan,”kata Efi.

Tak hanya bantuan dana, Adifta Batik pun mendapat dukungan Corporate Social Responsibility (CSR), pelatihan dari Pertamina, terutama terkait pemasaran produk. Mulai dari pelatihan ekspor impor, pengemasan produk sampai teknik pemasaran digital. Ditambah lagi, Pertamina juga kerap mengajak Adifta Batik ikut berbagai pameran. Efeknya cukup suportif, produk-produk Adifta Batik kian dikenal dalam lingkup yang lebih besar. “Setelah diikutkan pameran oleh Pertamina ya alhamdulillah sekarang pemasarannya lebih luas,”lanjut Efi.

Cerita lama di mana Efi harus menawarkan produk batiknya ke toko-toko di Tanah Abang pun kini sudah terlewati. Dikisahkan olehnya, dahulu ia kesulitan untuk memutar uang dikarenakan produk batik yang dititipkannya ke toko-toko dibayar dengan menggunakan giro yang pembayarannya tak langsung diterima. Berbeda setelah Adifta Batik rutin mengikuti pameran, transaksi pembayaran langsung dilakukan di lokasi sehingga sangat membantu perputaran uang untuk mengembangkan kegiatan usaha. Selain berbagai pameran di Tanah Air, Adifta Batik pernah melanglang buana ke berbagai pameran di luar negeri, baik lewat bantuan Pertamina maupun KBRI setempat. Beberapa negara yang pernah disambangi antara lain Belanda, Bangladesh, China, Hongkong, Jepang, sampai Rusia.

\"Dari pameran itu, tentu jadi banyak relasi, banyak pelanggan yang order batik, apalagi saat batik diakui Unesco, Alhamdulillah omset penjualan saya sangat meningkat tajam, dari yang tadinya keliling ke tanah abang, bisa keliling ke luar negeri, tadinya ngontrak jadi punya toko dan ruko,\"katanya.

Menurutnya, berbisnis adalah memelihara, membangun koneksi atau jaringan seluas-luasnya. Pasalnya saat mengalami kesulitan, kata Efi, jaringan pertemananlah yang bisa diharapkan membantunya keluar dari krisis. \"Di Cirebon, di Trusmi khususnya, banyak maestro dan sesepuh batik, saya jadikan mereka ini guru saya bukan pesaing saya. Alhamdulillah karenaitu, merekapun merangkul saya. Nah karena Pandemi Covid-19 ini, kitapun saling kerjasama agar batik juga terus hidup,\"kata Efi.

Diakuinya, dalam berbisnis pasti ada pasang surut. Apalagi saat wabah Pendemi Covid-19, hampir semua UMKM terkena dampaknya. Namun berkat binaan dan pelatihan yang diikutinya, Efi pun terus bisa survive (bertahan). \"Karena Pandemi Covid-19, usaha banyak yang tutup, tidak bisa produksi. Saya puter otak karena itu, produksi batik saya beralih ke daster dan masker, tapi tetap daster dan maskernya motif batik. Saya bersyukur, meski begitu, ternyata responsnya bagus, orderan daster dan masker dari sana sini, ada yang saya kirim ke langganan saya keluar jawa, dan langganan saya ini jadi reseller. Ibu-ibu disini juga diberdayakan ikut membantu saya dalam pembuatan masker,\"ucapnya.

Berkat semangat, optimisme, dan kerjakeras yang pantang redup, Efi merupakan contoh dari ribuan srikandi wirausaha Mitra Binaan PT Pertamina (Persero), yang mampu bertahan di tengah badai pandemi Corona virus disease (Covid-19).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: