Bahas Penyebab Cuaca Ekstrem di Cirebon
FGD bersama Karbon untuk membahas iklim ekstrem di wilayah Cirebon.-Cecep Nacepi-radarcirebon
CIREBON, RADARCIREBON.COM - Cuaca ekstrem di Kota Cirebon selama beberapa pakan ini, menjadi pembahasan dalam Focus Group Discussion (FGD) oleh Koalisi Rakyat Bersihkan Cirebon (KARBON) di salah satu hotel yang berlokasi di Jalan Cipto Mangunkusumo, Kota Cirebon.
Pada FGD ini, membahas tentang perubahan iklim yang memberikan dampak nyata terhadap ekosistem alam, sosial, ekonomi, dan kesehatan masyarakat. Bahkan, di beberapa titik di wilayah Kabupaten Cirebon sampai ada yang banjir rob, hingga hasil pertanian yang produktivitas menurun.
Kordinator Karbon, Dehya menyebut bahwa perubahan iklim yang ekstrem inj, didorong oleh adanya emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari sektor energi berbasis bahan bakar fosil atau batu bara. Oleh saat itu, diskusi menuntut langkah mitigasi radikal.
Oleh karena itu, upaya menanggulangi perubahan iklim meniscayakan adanya transisi energi secara masif dan cepat menuju sumber energi terbarukan, bersama dengan upaya pengurangan emisi lainnya, sebagai strategi global yang paling vital untuk membatasi kenaikan suhu.
BACA JUGA:BPBD Cirebon Siagakan Personel dan Logistik Hadapi Cuaca Ekstrem
Katanya, di tingkat Cirebon sebagai wilayah pesisir di Jawa Barat tidak terlepas dari ancaman ini. Cirebon termasuk mengalami kerawanan banjir rob, dan menurun produktivitas pertanian akibat anomali cuaca ekstrem, seperti kenaikan suhu udara dan intensitas curah hujan yang tidak menentu.
"Kondisi ini diperparah oleh rendahnya kesadaran masyarakat tentang mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Hasil survei internal menunjukkan bahwa hanya 28% masyarakat yang memahami mitigasi perubahan iklim, termasuk pentingnya penggunaan energi terbarukan," terangnya.
Sebab itu, dengan FGD ini sebagai respons strategis untuk memperkuat literasi dan aksi iklim. Kegiatan ini bertujuan memperkuat edukasi perubahan iklim melalui kolaborasi antara Komunitas Karbon yang memang berfokus pada edukasi pentingnya perubahan iklim, energi terbarukan dan pelestarian lingkungan dengan akademisi dan unsur lainnya.
Pengawasan Lingkungan Hidup pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Cirebon, Arie Skripsianti yang hadir dalam FGD menyebut, banyak faktor yang mempengaruhi perubahan iklim. Salah satu gas rumah kaca, kebakaran hutan, dan lainnya.
BACA JUGA:Penyebab Cuaca Panas di Cirebon Raya Menurut BMKG, Suhu Tertinggi 14 Oktober
Namun, yang menjadi penyumbang terbesar adalah emisi gas rumah. Sehingga iklim menjadi ekstime yang berdampak pada pertanian, perikanan, peternakan, dan lainnya.
"Hal ini tentunya menjadi indikator kita untuk midikasi, ada beberapa upaya yang kita lakukan. Bagaimana kordinasi lintas sektoral dari menuangkan program kegiatan rencana strategis, dan lainnya. Kita tidak bisa kerja sendiri persoalan perubahan iklim, ada mitigasi dan adaptasi," terangnya.
Salah satunya penanganan limbah industri dan bagaimana agar harus ditaati oleh perusahan. Mitigasi kekeringan, pihaknya juga sudah melakukan penanaman pohon, reboisasi juga sangat diperlukan. "Semua ini kita harus menggandeng dengan pihak lain, supaya bisa dilaksanakan secara maksimal," terangnya.
Termasuk penanganan sampah juga menjadi kontributor sebagai emisi gas rumah kaca. Salah satunya dengan adanya pembakaran sampah dan lainnya menyebabkan perubahan iklim. Sebab itu, pihaknya melakukan upaya untuk melindungi lingkungaan.
BACA JUGA:Kota Angin Bakal Diguyur Hujan, Cuaca Majalengka 3 Bulan Kedepan
Salah satunya juga dalam penanganan sampah. "Kita juga punya target dalam penanganan sampah, dan kita kerjasama dengan berbagai pihak, pemdes dll," tandasnya. (cep)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


