Vaksin Berpikir Simple

Rabu 23-06-2021,08:30 WIB
Reporter : Yuda Sanjaya
Editor : Yuda Sanjaya

\"Gratis.\"

Hebat juga. Minta vaksin semudah beli obat batuk.

Terus terang, justru kami yang \"ngeper.\" Segampang itu. Seramah itu. Benar-benar tidak banyak basa-basi.

Setelah diskusi, kami memutuskan tidak dulu. Kami ingin fokus ke lomba di Kansas dulu. Just in case nanti ada efek samping setelah suntik. Serta, kalau memilih Pfizer atau Moderna, akan ada komplikasi jadwal, karena harus dua kali suntik. 

Kebetulan, di pekan yang sama, seorang sahabat kami juga sedang di Amerika. Ia dan istrinya sama-sama dokter. Sedang urusan keluarga di negara bagian yang berbeda. Saya pun diskusi dengannya. Kebetulan, ia seperti saya. Antibodinya juga kecil setelah tiga bulan divaksin di Indonesia.

Saya juga diskusi dengan beberapa teman dokter di Indonesia. Apa oke disuntik lagi vaksin di Amerika. Rata-rata bilang no problem. Oke, saya punya opsi itu sebelum pulang. Saya pikirkan saja nanti. Saya putuskan nanti.

Lomba selesai. Sebelum balik ke Indonesia, sehari sebelum terbang, kami semua swab PCR. Tegang juga, mengingat praktis selama tiga pekan kami sangat jarang bermasker. Ikut masyarakat di Amerika yang sudah tidak perlu bermasker kalau sudah divaksin. Dan di sana, yang divaksin sudah separo lebih populasi.

Alhamdulillah, semua aman. Lalu, saya harus bikin keputusan. Kalau mau vaksin lagi, harus hari itu. Tidak ada kesempatan lain. Jangan pagi sebelum terbang, khawatir kalau demam dan ada efek samping lain, malah tidak bisa ke bandara dan terbang pulang.

2

Segera saja setelah swab saya diantar ke salah satu farmasi/toko kebutuhan terdekat. Saya ke loket farmasinya, bilang ingin vaksin. Saya benar-benar walk in. Tidak mendaftar via aplikasi. Tidak masalah, kata yang di situ. Saya cukup mengisi formulir selembar. Menunjukkan kartu identitas (paspor). Dia semua yang mengisi data di komputer. 

Ketika saya bilang ingin Johnson & Johnson, dia mengecek dulu apakah benar-benar ada stok. Ternyata ada dan siap. Saya disuruh tunggu sebentar, nanti akan dipanggil masuk ruang periksa untuk disuntik.

Hanya beberapa menit, saya dipanggil. Masuk. Duduk. Perempuan yang akan menyuntik menunjukkan vaksinnya. Menunjukkan kalau itu Johnson & Johnson. Lalu dia mengingatkan, saya mungkin akan mengalami sedikit demam dan kurang enak badan dalam satu dua hari ke depan. Tapi itu tidak apa-apa. 

Saya bertanya, bagaimana dengan kejadian pengentalan darah yang diberitakan itu. Dia bilang, jangan khawatir, itu hanya terjadi pada perempuan usia 19-49, dan hanya satu dari satu juta.

Tidak ada cek tekanan darah. Langsung tancap di lengan kiri. Beres.

\"Sebelum pulang, tolong jangan ke mana-mana dulu 15 menit. Silakan duduk di tempat tunggu atau jalan-jalan keliling toko. Kalau dalam 15 menit tidak ada keluhan apa-apa, cukup nongol depan jendela dan tunjukan jempol. Silakan pulang,\" katanya. 

Saya langsung mendapatkan kartu bukti vaksin, lengkap dengan nama vaksin dan nomor serinya. Lalu ada lagi menyusul di email. Saya juga dapat voucher belanja USD 5, siapa tahu ingin belanja di situ. Lumayan, saya beli cokelat.

Sudah. Beres. Selesai. Dalam dua pekan setelah suntik, saya sudah dikategorikan sudah divaksinasi tuntas. 

Tags :
Kategori :

Terkait