*Klaim DKP Mentah Dikonfrontasikan dengan Nelayan GEBANG- Klaim Kepala Bidang Perikanan dan Kelautan, Adang Kurnida terkait studi kelayakan sebelum pembangunan Pabrik Es Berkah Samudra di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Desa Gebang Mekar, mentah ketika dikonfrontasikan kepada sejumlah nelayan. Sejumlah nelayan yang ditemui Radar mengaku, tak pernah terbesit keinginan untuk adanya pembangunan pabrik es. Sebab banyak sarana dan prasarana lain yang lebih dibutuhkan. Para nelayan juga kecewa dengan digelontorkannya dana Rp2 miliar untuk proyek tersebut. “Kalau uang itu diberikan kepada kami untuk bantuan hal yang lain dan sesuai kebutuhan nelayan, saya yakin nelayan di sini sudah lebih baik nasibnya,” ujar salah seorang nelayan Desa Gebang Mekar, Waliman, kepada Radar, Rabu (11/9). Diungkapkannya, nelayan di Desa Gebang Mekar dan Kecamatan Gebang, lebih menginginkan adanya bantuan alat tangkap ketimbang pabrik es. Alat tangkap lebih penting karena menjadi senjata utama bagi para nelayan untuk melaut. Apalagi, alat tangkap yang digunakan mayoritas nelayan saat ini sudah tidak layak pakai. “Memang kami butuh es, tapi saya nggak pernah beli di situ (Pabrik Es Berkah Samudra, red). Lokasinya jauh sih mas, jadi beli yang dekat saja. Terus ya kata saya itu mubajir, mending kasih bantuan langsung saja kepada nelayan,” tuturnya. Dikatakan Waliman, kebutuhan lain yang mendesak bagi nelayan adalah pembebasan dari jerat tengkulak. Menurutnya, bila Dinas Kelautan dan Perikanan ataupun Kementerian Kelautan dan Perikanan ingin menyejahterakan nelayan, sebaiknya membuat koperasi khusus nelayan. Kemudian, dana sebesar Rp2 miliar itu bisa digunakan sebagai modal bergulir. Supaya nelayan pinjam uang tidak lagi di tengkulak. “Kita ngajuin koperasi itu nggak pernah direspons. Padahal itu nyata-nyata aspirasi nelayan. Tapi mintanya apa, kok dikasihnya apa (pabrik es, red),” selorohnya. Nelayan Desa Gebang Mekar lainnya, Erwadi berharap, pemerintah peka mendengar aspirasi nelayan. Proyek pabrik es adalah bukti nyata pemerintah tak mendengar jeritan nelayan. Erwadi mengungkapkan, nelayan sebenarnya membutuhkan perahu untuk melaut. Sebab, saat ini seluruh nelayan menggunakan perahu berbobot lima gross ton. Padahal, idealnya nelayan menggunakan perahu dengan bobot minimal sepuluh gross ton. Penggunaan perahu di bawah standar menyebabkan nelayan kesulitan melaut bila cuaca kurang bersahabat. “Masalahnya begini Mas, kalau perahu di atas sepuluh gross ton itu lebih kokoh, jadi walaupun ada angin kencang kapal itu nggak akan rusak. Nah, sekarang kami pakai perahu lima gross ton, kalau ada angin kencang atau cuaca nggak enak, ya kami nggak berani melaut,” paparnya. Di tempat terpisah, Pengelola Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) Kecamatan Gebang, Asdari juga menyayangkan pembangunan pabrik es yang kini mandeg. Dia mengungkapkan, banyak hal yang mestinya diperhatikan pemerintah untuk memperbaiki taraf hidup nelayan. Salah satunya adalah pengembangan SPDN. Sebab, saat ini SPDN Gebang tak mampu mencukupi kebutuhan solar nelayan. Sehingga, nelayan terpaksa harus membeli solar ke stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). “Kalau kita, ya inginnya DO (delivery order) SPDN ditambah supaya bisa lebih maksimal menunjang kebutuhan solar nelayan. Sekarang begini mas, kita dijatah perbulan itu hanya 144 ribu liter, sedangkan untuk kebutuhan satu hari untuk satu perahu nelayan itu antara empat puluh liter sampai enam puluh liter, dan sekarang jumlah perahu nelayan diperkirakan ada 1.700 perahu. Bagaimana kalau dikalikan 30 hari. Ya minimal kita harus stok solar itu setiap bulannya 240 kilo liter solar,” bebernya. Dia meminta, bila pemerintah berniat membantu nelayan, diharapkan membuat proyek yang tepat sasaran. Salah satunya menambah kuota untuk SPDN dan mengembangkannya, sehingga benar-benar memberi manfaat. “Saya nggak tahu butuh dananya berapa (untuk mengembangkan SPDN, red). Bisa Rp2 miliar, bisa juga lebih. Tapi kalau ada anggaran, ya tolong aspirasi nelayan diwujudkan satu per satu,” pintanya. (den) GRAFIS ASPIRASI NELAYAN KECAMATAN GEBANG - Bantuan alat tangkap, sebab alat yang ada saat ini sudah tidak layak pakai. - Bantuan perahu nelayan. Perahu yang digunakan di bawah lima gross ton, sehingga nelayan tak bisa melaut ketika cuaca buruk. Nelayan butuh perahu sepuluh gross ton. - Pembuatan koperasi agar nelayan bebas dari jerat tengkulat. - Optimalisasi SPDN Kecamatan Gebang.
Bangun Pabrik Es, Pemerintah Tak Aspiratif
Kamis 12-09-2013,09:19 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :