WINA - Austria tak akan menerima warga yang lari dari Afghanistan setelah Taliban merebut kekuasaan di negara itu, kata kanselir Sebastian Kurz pada Minggu (22/8). Austria telah menerima pencari suaka yang jumlahnya melebihi satu persen populasinya selama krisis migrasi Eropa pada 2015 dan 2016. Kurz membangun karirnya dengan bersikap keras pada kebijakan imigrasi dan memenangi setiap pemilihan parlemen sejak 2017.
Uni Eropa berupaya mengevakuasi orang-orang Afghanistan yang telah membantu selama 20 tahun, Kurz mengatakan kedatangan mereka ke Austria bukan sebuah pilihan. \"Saya jelas menolak menerima lebih banyak orang secara sukarela dan itu tak akan terjadi selama pemerintahan saya,\" kata Kurz dalam wawancara dengan stasiun TV Puls 24 yang transkripnya dirilis sebelum acara itu disiarkan pada Minggu.
Austria telah menampung lebih dari 40.000 pengungsi Afghanistan, terbanyak kedua di Eropa setelah Jerman (148.000), menurut data 2020 dari badan pengungsi PBB UNHCR. Baca Juga: Menlu Retno Diminta Berperan Aktif Cegah Perang Terbuka di Afghanistan Populasi Austria sembilan kali lebih kecil daripada Jerman. Austria juga menjadi negara netral dan bukan anggota NATO. Mereka hanya mengirim sejumlah kecil tentara ke Afghanistan.
Menurut situs NATO, Austria hanya mengirim 16 tentara dalam Misi Dukungan Tegas yang digelar untuk melatih dan memberi masukan kepada pasukan keamanan Afghanistan.
\"Saya tidak berpendapat kami harus menerima lebih banyak orang. Malah sebaliknya,\" kata Kurz tentang warga Afghanistan yang meninggalkan negaranya. \"Austria telah memberikan kontribusi yang sangat besar,\" kata dia merujuk pada jumlah pengungsi dan pencari suaka dari Afghanistan yang ada di negaranya. Kruz mengatakan warga yang melarikan diri dari Afghanistan harusnya tetap berada di wilayah itu.
Dia menambahkan negara-negara tetangga, Turkmenistan dan Uzbekistan, masing-masing hanya menampung 14 dan 13 pengungsi Afghanistan, sama seperti yang tercatat dalam data UNHCR. (ant/dil/jpnn)