Klaster di Bukit Merah View Market, 182 Kios Ditutup Selama Dua Minggu

Jumat 10-09-2021,02:00 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

SINGAPURA - Kementerian Kesehatan Singapura mencatat kenaikan kasus Covid-19 tertinggi sejak setahun terakhir. Sedikitnya ada 328 kasus baru pada Selasa (7/9). Jumlah ini menjadi infeksi baru harian tertinggi setahun terakhir.

Ini cukup mengejutkan pasalnya Singapura sudah melakukan vaksinasi mencapai 80 persen penduduknya yang berjumlah 5,7 juta. Namun, ganasnya varian Delta membuat negara itu kembali menghadapi masalah.

Singapura telah melaporkan lebih dari 100 kasus penularan lokal setiap hari selama dua minggu terakhir. Peningkatan kasus terjadi ketika negara itu berniat menghapus sebagian besar pembatasan dan berharap hidup berdampingan dengan Covid-19. Singapura ingin mengangap Covid-19 sebagai endemi, bukan pandemi.

Menteri Keuangan sekaligus Ketua Bersama Gugus Tugas Covid-19, Lawrence Wong, mengatakan Singapura dapat menerapkan kembali pembatasan atau semi lockdown jika jumlah kasus parah meningkat tajam. Jumlah yang diumumkan pada Selasa (7/9) adalah yang terbanyak sejak rekor 904 yang terlihat pada awal Agustus 2020.

Singapura telah memvaksinasi lengkap lebih dari 80 persen dari 5,7 juta penduduknya. Cakupan vaksinasi Singapura adalah salah satu yang tertinggi di dunia.

Sementara itu, klaster Covid-19 muncul di pasar Bukit Merah View Market dan Hawker Center. Para ahli menengarai penularan terjadi karena pengunjung menyentuh sayur dan buah dengan tangan tanpa menggunakan sarung tangan.

Ada tiga alasan, yakni mereka tidak divaksinasi, tidak memakai masker dengan benar, dan cenderung menyentuh buah dan sayuran dengan tangan kosong. Alasan itu adalah temuan studi National Center for Infectious Diseases (NCID) di klaster pasar. Setidaknya ada total 94 kasus. Dan, 182 kios pasar ditutup selama dua minggu.

2

Klaster tersebut adalah yang terbesar di Singapura untuk beberapa waktu. Lalu klaster yang lebih kecil kemudian muncul di blok tetangga. Kementerian Kesehatan Singapura kemudian melakukan beberapa pengujian yang mencakup lebih dari 200 ribu penduduk.

“Sebagai bagian dari penelitian, para peneliti mewawancarai orang-orang yang terkena dampak penutupan pasar, termasuk pemilik kios dan pelanggan,” kata Direktur Unit Kesehatan dan Epidemiologi Masyarakat Nasional Ajun Associate Professor Matthias Toh.

Profesor Leo Yee Sin yang merupakan Direktur Eksekutif NCID menilai pengunjung pasar banyak didominasi oleh lansia. Lansia adalah kelompok rentan dalam pandemi ini. Secara alami, orang yang menghabiskan lebih sedikit waktu di pasar juga lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi.

“Jika Anda menghabiskan waktu lebih lama tentu saja kemungkinan terinfeksi akan lebih tinggi,” kata Prof Leo.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa pemilik kios kini diimbau mempertimbangkan untuk mengemas produk. Masyarakat diminta membawa hand sanitizer sendiri dan mencuci tangan sebelum menyentuh buah dan sayur.

“Setelah itu, mereka juga bisa membersihkan tangan lagi. Ini tidak hanya melindungi diri mereka sendiri, tetapi juga melindungi masyarakat,” jelasnya.

Selain itu, mereka yang menggunakan masker non-medis yang dapat digunakan kembali, harus mencucinya secara teratur. Kebiasaan yang sama harus diterapkan di supermarket, di mana orang juga cenderung memilih produk segar.

“Barang-barang yang disentuh lebih banyak orang bisa menjadi sumber penularan,” kata para ahli. (jp)

Tags :
Kategori :

Terkait