CIANJUR – Pandemi Covid-19 memaksa dunia pendidikan mengubah pola sistem pengajaran. Kegiatan belajar mengajar (KBM) tidak ada tatap muka di ruang kelas, tapi secara online atau daring. Belajar secara daring dianggap kurang efektif dan berdasarkan evaluasi, membuat kualitas pendidikan menurun.
Bupati Cianjur Herman Suherman menyatakan pihaknya mencatat adanya penurunan kualitas pendidikan selama pandemi Covid-19. Terlebih banyak ditemukan siswa kelas 4 SD yang belum dapat membaca, sehingga dinas terkait diperintahkan untuk mengambil langkah cepat.
“Kondisi siswa yang masih belum bisa membaca menujukkan penurunan kualitas pendidikan, sehingga Dinas Pendidikan ditugaskan untuk mendata siswa yang belum bisa baca dan memberikan ‘treatment’ khusus,” ujar Bupati Herman Suherman, Senin (13/9).
Selama pandemi, kata dia, penurunan kualitas pendidikan terjadi tidak hanya di Cianjur, namun hampir di seluruh Indonesia. Sehingga hal tersebut akan menjadi fokus perhatian pemerintah dibantu orang tua, untuk menggenjot kembali kualitas pendidikan.
Hal tersebut, katanya, terjadi karena siswa terlalu banyak belajar secara daring sehingga interaksi siswa dengan guru menjadi kurang maksimal, terlebih pembelajaran online hanya berlangsung selama beberapa jam.
“Anak terlalu lama belajar daring, ditambah ada kendala fasilitas. Anak juga tidak punya telepon pintar atau kuota internet karena keluarganya tidak mampu. Seperti anak yang saya temui, siswa kelas 4 tapi belum bisa membaca,” katanya.
Kondisi itu, kata dia, masih ditambah peran orang tua dalam membimbing anak yang sangat minim saat proses belajar daring juga menjadi faktor penurunan daya tangkap anak, sehingga berbagai upaya kana dilakukan untuk meningkatkan kembali hal tersebut.
“Saat sidak saya mendapati siswa kelas 4 SD di Cianjur belum bisa membaca. Ini karena proses belajar mengajar yang tidak maksimal, karena terlalu lama belajar daring, kami berharap dengan dibukanya kembali pembelajaran tatap muka dapat meningkatkan kembali kualitas pendidikan,” terangnya. (antara)