Senin pagi kemarin.
Isinya menyenangkan. Dan menenangkan: jangan panik. \"Varian Omicron ini hanya terjadi di RBG. Bukan di induk virus Covidnya,\" ujar Indro.
RBG adalah yang seperti kepala paku yang menancap di virus bulat itu. Bagian yang seperti \'\'batang paku\'\'-nya sendiri, sampai ke RBG itu disebut protein S.
Menurut Indro, biar pun terjadi sampai 30 mutasi, semuanya masih di \'\'kepala paku\'\' itu.
Kenapa kita tidak harus panik?
\"Tingkat kematian Covid-19 itu sekitar 2 persen. Berarti 98 persen yang terkena Covid akan sembuh,\" katanya.
\"Sepanjang namanya masih Covid-19 berarti tingkat kesembuhannya ya 98 persen. Biar pun tidak ikut vaksinasi,\" katanya. \"Apalagi kalau sudah divaksin dan vaksinnya benar,\" tambahnya.
Melihat video drh Indro ini kita seperti ikut berayun. Video itu memang dibuat ketika ia lagi mengemudikan mobil. Hanya wajah samping yang terlihat.
Itu karena yang memegang kamera berada di kursi sebelahnya. \"Itu istri saya,\" ujar Indro. \"Dia selalu mengawal ke mana pun saya pergi,\" tambahnya.
Mereka sudah pacaran sejak masih sama-sama mahasiswa fakultas kedokteran hewan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Awalnya drh Indro tidak memperhatikan munculnya berita varian baru dari Afrika Selatan itu: yang sepanjang masih disebut varian tidak akan melebihi 2 persen itu.
\"Kalau sudah melebihi 2-3 persen sudah harus disebut bukan Covid-19 lagi,\" katanya.
SARS dulu mengakibatkan kematian sampai 8 persen. MERS sampai 40 persen. Dua-duanya tidak sampai mewabah di Indonesia.
Dunia sudah sepakat, yang meninggal akibat Covid-19 sekitar 2 persen.
Ia tahu ada varian baru. Tapi, di matanya, tidak baru.
Hanya saja, kian hari, kata Indro, pembicaraan mengenai varian Omicron kian seru. Ia pun kembali masuk ke laboratorium. Juga mempelajari bahan-bahan yang ada.