"Kami belum mendapatkan informasi dari laboratorium yang ditunjuk. Jadi, kami mengirimkan beberapa sampel kami dan belum mendapatkan laporannya," kata dia.
Anggota tim medis dari Divisi Nefrologi Anak RSUP Dr Sardjito Yogyakarta Kristia Hermawan mengatakan kristal pada saluran pipa ginjal terbentuk saat ada senyawa asing di sepanjang saluran pipa ginjal itu.
Menurut dia, pada kasus keracunan metabolik dari EG dan DEG terdapat senyawa yang kadarnya melebihi ambang batas sehingga tingkat keasaman mendukung pembentukan kristal dalam saluran pipa ginjal.
"Begitu terbentuk kristal, maka akan ada tambahan zat padat yang akan mengganggu aliran dari cairan yang melewati pipa-pipa itu. Jika ada kristal yang terbentuk di situ dan bentuknya tajam dia akan melukai dinding-dinding dari pipa," jelasnya.
Dari sampel tiga pasien anak yang menderita gangguan ginjal akut di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, menurut dia, tidak ditemukan adanya kristal tersebut.
Pelacakan penyebab gangguan ginjal akut progresif atipikal, menurut Krista, telah dilakukan sesuai dengan petunjuk dari Kementerian Kesehatan, di antaranya dengan melakukan penelusuran riwayat penggunaan obat sirop serta pemeriksaan toksikologi untuk mengetahui ada tidaknya EG dan DEG dalam darah atau urine pasien.
"Dalam hal ini, pengambilan sampel telah dilakukan pada tiga pasien yang pekan lalu masih menjalani perawatan. Tim medis belum mendapat hasil pemeriksaan karena sampel harus diperiksa di Labkesda DKI Jakarta," kata dia.
Sementara itu, penyebab gagal ginal akut yang diungkapkan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebelumnya, adalah kandungan Etilen Glikol (EG ), Dietilen Glikol (DEG), serta Etilen Glikol Butil Eter (EGBE) pada obat sirup.
Menurut Menkes, pihaknya mendapatkan kepastian mengenai penyebab gagal ginjal akut ini setelah melakukan penelitian cukup panjang.
"Kita simpulkan penyebabnya (gagal ginjal akut) adalah obat-obat kimia yang merupakan cemaran dari pelarut obat itu," demikian dikatakan Menkes Budi seperti dilansir dari Tempo.co. (ant/jpnn)