Radarcirebon.com, CIREBON - Resesi ekonomi global diperkirakan akan datang pada tahun 2023.
Secara umum resesi ekonomi dapat dimaknai sebagai suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan berdasarkan dari produk domestik bruto (PDB), jumlah pengangguran, maupun pertumbuhan ekonomi yang bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Beberapa permasalahan ekonomi pun diprediksi akan mulai dihadapi di akhir tahun ini.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Cirebon, Hestu Wibowo menuturkan meski nilai tukar masih relaitf stabil hingga saat ini, permasalahan ekonomi akan mulai terjadi menjelang tahun 2023.
BACA JUGA:Terungkap, Bayaran AH dan ACS Tersangka Kasus Video Mesum Kebaya Merah, 92 Film Syur Setahun
Ketenagakerjaaan akan menjadi salah satu permasalahan yang akan mulai dihadapi pada akhir tahun ini. Saat ini di lapangan sudah mulai ada beberapa industri yang merumahkan para pekerjanya.
Penetapan Upah Minimum Kabupaten/ Kota (UMK) juga akan menjadi salah satu masalah dan mempengaruhi nilai inflasi.
"Semua ini tentu imbasnya akan mengurangi minat dari investor untuk masuk ke Jawa Barat," ungkapnya.
Kondisi ekonomi makro baik dari sisi angka dan lapangan melihat pengendalian inflasi saat ini khususnya untuk lokal volatile food masih bisa dikendalikan.
BACA JUGA:Instagram Icha Ceeby Alias Meam0ra Wanita Kebaya Merah, Sempat Bangga Video Viral
Komoditas pangan strategis hingga saat ini masih bisa dikendalikan dengan operasi pasar murah. Namun penyesuaian harga BBM da listrik tentu akan memberikan tekanan pada inflasi bulan depan.
Pemicu inflasi ini akan berdampak pada banyak hal mulai dari kenaikan biaya transportasi, logistik, hingga harga barang.
"Oktober ini kembali deflasi karena berteparan dengan panen raya sehingga pasokan bahan pangan melimpah, namun ke depan Administered Price diprediksi akan memberikan tekanan tertinggi pada inflasi," terangnya.
BACA JUGA:Tata Cara Salat Gerhana 2 Kali Rukuk di Setiap Rakaat, Simak Penjelasannya
Hestu menambahkan, ke depan, inflasi inti dan ekspektasi inflasi diprakirakan masih berlanjut sejalan dengan dampak lanjutan (second round effect) dari penyesuaian harga BBM bersubsidi dan menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan.