Saat terjadi gempa bumi di Kabupaten Karawang tahun 1862, bersumber dari Sesar Baribis di Kabupaten Majalengka.
Pada Jurnal Universitas Padjadjaran dengan judul: Analisis Kerentanan Gempa pada Jalur Sesar Baribis menggunakan Metode Microearthquake (MEQ), disebutkan bahwa peneliti telah memasang 3 seismometer.
BACA JUGA:Ansu Fati, Pemain Timnas Spanyol di Piala Dunia 2022, Sangat Percaya Rahmat Allah
BACA JUGA:Buntut 'Miras Minuman Rasulullah', Sule, Budi Dalton, hingga Mang Saswi Dilaporkan ke Polisi
Pemasangan seismometer dilakukan di Desa Jatigede Kabupaten Sumedang, Desa Sinar Galik dan Dusun Anggrawati di Kabupaten Majalengka.
Pemasangan seismometer tersebut untuk mendeteksi gempa bumi mikro yang terjadi di Jalur Sesar Baribis menggunakan metode Microearthquake (MEQ).
Hasil dari perekaman Microearthquake (MEQ) menunjukkan jumlah kejadian gempa yang terekam selama 60 hari adalah 46 gempa dari skala 0,1 Mw hingga 3,2 Mw.
Kedalaman gempa terdangkal adalah 1 km dan yang terdalam adalah 85 km. Sumber gempa dominan adalah pada Zona Sesar Baribis dengan kedalaman gempa kurang dari 50 km.
BACA JUGA:Peduli Korban Gempa Cianjur, Macan Ali Cirebon Kirim Tim Relawan dan Logistik
Arah dan rezim gaya yang tercatat dari perhitungan momen tensor memperlihatkan sesar naik dan sesar geser.
Berdasarkan kedalaman data perekaman MEQ dan pengamatan permukaan, Zona Sesar Baribis diperkirakan adalah sesar aktif.
Sesar Baribis merupakan sesar muda (pola Jawa) yang terbentuk pada periode tektonik PliosenPlistosen dan diyakini masih aktif hingga sekarang (Pulungggono dan Martodjojo, 1994 dalam Haryanto 2004).
Kelompok sesar berarah barattimur umumnya berjenis sesar naik dan merupakan struktur dominan diantara jenis sesar lainnya mengacu kepada model struktur Boyer dan Elliote (1970) maka geometri Sesar Baribis termasuk kedalam jenis Imbricated Trailling Fault (Helmi & Haryanto 2008).
BACA JUGA:Inilah Syarat Calon Gubernur Jawa Barat Jika Ingin Diusung oleh Partai Golkar