Jangan sampai, kata dia, keraton tersebut dimanfaatkan oleh kepentingan pribadi-pribadi. Selama ini tidak diketahui dan tidak transparan.
BACA JUGA:Makam Raden Kian Santang, Sering Disebut Makam Godog, Anak Prabu Siliwangi
BACA JUGA:Kantor Baintelkam Mabes Polri Terbakar, Inilah Penyebabnya
Rahardjo Djali menegaskan, selama ini keluarga juga dirinya memilih diam. Sebab, masih menghormati Almarhum Sultan Arief Natadiningrat.
Tetapi, karena arogansi yang besangkutan dan menyinggung semua keluarga besar, ini yang membuat semua bergerak.
"Yang kami lakukan adalah dalam rangka pelurusan sejarah. Harus diakui bahwa data yang kami miliki sangat valid. Tidak terbantahkan lagi," katanya.
Diungkapkan dia, Sultan Sepuh yang terakhir dicatat di Leiden adalah Sultan Sepuh XI. Bukan Alexander. Dan di dalam babon yakni silsilah induk, tidak tercatat adanya nama Alexander.
BACA JUGA:Kominfo Panen Petambak Digital 4.0 di Kabupaten Cirebon
BACA JUGA:Ya Allah! Gempa Susulan di Cianjur Sampai Hari Ini Sudah 236 Kali, yang Terbesar 4,2 Magnitudo
Karena itu, dengan kembali kepada fakta sejarah, dapat dengan jelas nantinya bagaimana penyelesaian konflik Keraton Kasepuhan Cirebon.
Seperti diketahui, Pemerintah Daerah Kota Cirebon sempat mengagendakan agenda mediasi dengan menghadirkan kedua kubu.
Dari Sultan Aloeda II hadir lengkap, termasuk kuasa hukum dan Dewan Kalungguhan. Sementara Sultan Sepuh XV Luqman Zulkaedin kembali berhalangan hadir.
Bahkan, pada beberapa momen sebelumnya, Sultan Sepuh XV juga berkali-kali berhalangan hadir. Termasuk saat pelaksanaan Malam Panjang Jimat Maulid Nabi Muhammad SAW atau Muludan.
BACA JUGA:Ngeri! Ada Ratusan Kali Gempa Susulan Pasca Tragedi 5.6 Magnitudo di Cianjur
BACA JUGA:BKPSDM Gelar Sosialisasi Tata Cara Penyelesaian Kasus Pelanggaran Disiplin Pegawai
Sejak dilantik menjadi Sultan Sepuh XV, persoalan perebutan takhta di Keraton Kasepuhan tidak kunjung dapat diselesaikan, sehingga ada beberapa pihak yang menobatkan diri sebagai sultan.