"Di Jepang misalnya, anak-anak SD sudah berlatih simulasi gempa. Di universitas juga ada simulasi gempa 1 tahun sekali," tulisnya, di artikel yang diterbitkan Jawa Pos.
Dengan adanya simulasi gempa tersebut, masyarakat mengetahui apa yang seharusnya dilakukan saat terjadi guncangan.
Mereka juga dapat melakukan hal terukur dan pihak terkait juga terlatih dalam penanganannya.
Karenanya, simulasi gempa tersebut perlu dilakukan di seluruh sektor seperti pendidikan, perkantoran, yang berada di zona rawan gempa.
BACA JUGA:Masih Gunakan TV Analog, Berikut Kisaran Harga Set Top Box
Mengenal Sesar Baribis Kendeng Cirebon 1
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono mengungkapkan, Sesar Baribis Kendeng Cirebon 1 memiliki potensi gempa tertarget 6,5 magnitudo.
Menurut Daryono, sumber gempa dangkal di Jawa Barat diantaranya adalah Sesar Cimandiri, Sesar Baribis, Sesar Citarik, Sesar Cipamingkis, Sesar Lembang, dan Sesar Cirata.
"Karakter gempa kerak dangkal dengan frekuensi tinggi ini akan banyak menimbulkan kerusakan karena guncangan tanah yang dibangkitkan sangat kuat," katanya.
Gempa kerak dangkal juga sangat berpotensi menimbulkan rekahan permukaan (surface rupture) sehingga bisa lebih merusak bangunan di jalur sesar.
BACA JUGA:Penuhi Amanah Undang-undang, Pemprov Jabar Segera Bentuk Satgas Pertambangan
Bangunan apa pun yang dibangun di atas jalur sesar aktif akan mengalami kerusakan saat sesar mengalami pergeseran.
Gempa kerak dangkal umumnya diikuti serangkaian gempa susulan yang cukup banyak karena lapisan kerak dangkal batuannya relatif heterogen dan tergolong rapuh (brittle).
Sesar Baribis Kendheng Cirebon 1 melintasi kota-kota besar di Pantai Utara (Pantura) Jawa seperti Cirebon hingga Jakarta.
Dari penelitian, segmen Sesar Baribis Kendheng baru diketahui baru-baru ini dan ternyata adalah jalur sesar gempa aktif.
BACA JUGA:Jegal Rusia dalam Perdagangan Minyak, G7 dan Australia Sepakati Ini