Saat bertugas di Bali, korban juga mendapatkan kabar duka bahwa nenek tercintanya meninggal dunia.
Saat kejadian pemerkosaan itu, Letda Caj GER dalam kondisi sakit dan beristirahat dalam kamar.
Namun Mayor Inf Bagas Firmasiaga tetap berusaha masuk kamar ke kamar untuk bertamu dengan alasan koordinasi KTT G20.
Letda Caj GER diketahui sebagai junior dan sesama anggota TNI, sehingga membuka pintu kamar hotel dan pelaku diizinkan masuk.
Ketika sedang mengobrol di dalam kamar, korban merasakan badannya lemah dan minta izin baring di tempat tidur.
BACA JUGA:Sontoloyo! Ayah Cabuli Anak Kandung di Cirebon, Awalnya Minta Digarukin
BACA JUGA:Gedung Satpas Polres Cirebon Kota Pindah ke Ade Irma, Ada Sederet Fitur Canggih
Ketika itulah pelaku Mayor Bagas Firmasiaga yang merupakan anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) melancarkan aksia bejadnya dengan melucuti pakaian korban ketika dalam kondisi lemas tak berdaya lantaran sakit.
Sehingga tidak memungkin dirinya untuk meronta dan menghindar dari pemerkosaan itu.
Ketika korban bangun di pagi hari, Letda Caj K GER baru sadar sudah dalam keadaan tanpa busana.
Sementara itu, menurut Jim Hopper, konsultan independen bidang psikologi dan Harvard Medical School, mengungkapkan alasan mengapa wanita tidak bisa berbuat banyak saat diperkosa atau alami pelecehan seksual.
"Jika, tiba-tiba ada seseorang menyerangmu dan kamu mendeteksinya, apapun yang kamu pikirkan akan hilang, dan kamu tidak bisa bergerak," katanya.
"Dan yang tejadi pikiran kosong itu bisa berlanjut dalam fase kaget," lanjutnya.
Itulah mengapa Sebanyak 70 persen korban pelecehan seksual maupun pemerkosaan akan mengalami tonic immobility.
Seperti diberitakan, identitas oknum Paspampres (Pasukan Pengamanan Presiden) yang memperkosa prajurit wanita Kostrad saat tugas mengamankan KTT G20 di Bali terungkap.
Oknum Paspampres itu adalah Mayor Inf Bagas Firmasiaga (BF), Wadanden 2 Grup C Paspampres.