2. Periwayatan Melalui Keraton Kasepuhan Cirebon
Menurut KH Ahmad Baso, naskah Babad Cirebon yang kedua adalah yang turun dari Sunang Gunung Jati melalui periwayatan Keraton Kasepuhan Cirebon.
Periwayatan naskah ini sampai kepada Pangeran Suryanegara di tahun 1800-an.
"Ada satu riwayat dari Sunang Gunung Jati jalurnya sampai ke Pangeran Suryanegara tahun 1800," terang intelektual NU ini.
Menurut Ahmad Baso, Babad Cirebon yang satu ini merupakan versi besar karena mencapai empat jilid dengan ribuan halaman.
"Menghimpun cerita Wali Sanga. Menghimpun cerita Kakeknya Sunan Ampel, Syekh Jumadil Kubro. Sampai kepada masuknya Kompeni Belanda ke Cirebon," jelasnya.
BACA JUGA:Mengenal Sosok Maria Ulfah, Anak Bupati Kuningan yang Mengusulkan Perundingan di Linggarjati
3. Khusus Mengisahkan Nyi Rara Santang dan Pangeran Walangsungsang
Nyi Rara Santang adalah Ibu dari Sunang Gunung Jati yang merupakan putra Prabu Siliwangi, raja yang berkuasa di Pajajaran.
Bersama sang Kakak yakni Pangeran Walangsungsang, dewi Rara Santang keluar dari kerajaan dan melakukan pengembaraan hingga ke Cirebon.
Menurut KH Ahmad Baso, kisah dua tokoh penting dalam riwayat sejarah Cirebon ini dikisahkan dalam naskah tersendiri.
"Banyak juga disisipkan mitos-mitos di situ. Sehingga tidak bisa dipertanggungjawabkan secara historis," katanya.
4. Mengisahkan Interkasi Sunan Gunung Jati dengan Para Wali Lainnya
Naskah yang satu ini menurut Ahmad Baso, memuat cerita yang merupakan petikan-petikan dari sejarah kehidupan Sunan Gunung Jati.
Hingga hubungan dan interaksi Sunang Gunung Jati dengan para wali lainnya di Pulau Jawa.