BMKG Prediksi El Nino Bisa Datang Lebih Cepat, Waspada!

Kamis 04-05-2023,07:00 WIB
Reporter : Moh Junaedi
Editor : Moh Junaedi

JAKARTA, RADARCIREBON.COM – Karena berada di wilayah katulistiwa yang diapit oleh dua samudera, yakni Pasifik dan Hindia,  setiap tahun wilayah Indonesia pasti terancam oleh badai El Nino.

Badai El Nino adalah sebuah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML ini berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.

BACA JUGA:Di Los Angeles, Ridwan Kamil Sampaikan Visi Jawa Barat Masa Depan Berkelanjutan

Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.

Dan, berdasarkan analisa Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ancaman badai El Nino berpotensi terjadi di wilayah Indonesia dalam waktu tidak lama lagi.

Oleh sebab itu, BMKG meminta agar semua pihak untuk mewaspadai dampak yang ditimbulkan dari El Nino.

BACA JUGA:Ajudan Pribadi Bebas Dari Perkara Penipuan Berkat Restorative Justice

Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, bahwa terprediksi jika fenomena badai El Nino akan melanda wilayah Indonesia pada semester dua 2023 dengan potensi sebesar 50-60 persen.

"Terkait prakiraan dinamika atmosfer-laut, La Nina diprediksi akan segera beralih ke fase netral pada periode Maret 2023 dan bertahan hingga semester pertama 2023.”

“Sedangkan, pada semester kedua, terdapat peluang sebesar 50-60 persen bahwa kondisi netral akan beralih menuju fase El Nino," katanya, Minggu 26 Maret 2023 lalu.

BACA JUGA:Cegah Pencurian Uang, Polres Majalengka Siapkan Pengawan Nasabah Bank

Sudah diketahui bersama, kondisi El Nino akan berdampak berkurangnya curah hujan di wilayah Indonesia. Akibatnya akan menimbulkan kekeringan meteorologis.

Maka, lanjut Untuk itu, diimbau kementerian/lembaga, pemerintah daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat lebih siap terhadap kemungkinan dampak El Nino terutama di wilayah yang biasa mengalami musim kemarau lebih kering dibanding biasanya.

BACA JUGA:Pengadilan Agama Kota Cirebon Luncurkan Mobil Dilan, Apa Itu?

"Wilayah tersebut diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan air bersih," tuturnya.

Dikatakannya, situasi itu memerlukan aksi mitigasi secara komprehensif. "Dampak musim kemarau diperkirakan akan jauh lebih kering dari tiga tahun terakhir," katanya.

Pemerintah daerah dan masyarakat, lanjut dia, dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan. (jun)

 

 

 

Kategori :