RADARCIREBON.COM -- Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan bicara soal “teori” terkini dalam dunia media sosial di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun Indramyu Jawa Barat.
“Teori“ terkini itu oleh Dahlan Iskan disebut dengan “Kebenaran Baru”.
Lalu apa “teori” kebenaran baru versi Dahlan Iskan itu?
Menurutnya, di zaman media sosial (medsos) ini ada fenomena yang berbeda dengan dulu. Sekarang ini kebenaran saja tidak cukup.
“Di medsos yang gila-gilaan ini ada yang namanya kebenaran baru” ungkap Dahlan Iskan ketika menjadi pembicara di wisuda sarjana Institut Agama Islam Az-Zaytun Indonesia (IAI Al Azis) Ponpes Al Zaytun, Sabtu lalu.
Wisuda ke-3 ini diselenggarakan di Mini Zeteso, Gedung Ali bin Abi Thalib, Ponpes Al-Zaytun. Jumlah yang diwisuda itu sebanyak 160 orang.
Kebenaran baru ini, lanjut Dahlan Iskan, dasarnya bukan fakta.
“Jadi fakta itu bukan lagi menjadi dasar kebenaran. Ini bentul-betul kebenaran baru,” sebutnya dalam acara yang juga dihadiri oleh Pimpinan Ponpes Al Zaytun Syeh Panji Gumilang.
BACA JUGA:TURUN HARGA, Samsung Galaxy Tab A7 Lite Mei 2023, Spesifikasi Tinggi dan Ramah Anak
Jadi, katanya, kalau berbantah-bantahan di media sosial yang dasarnya fakta, itu tidak ada gunanya. Kerena kebenaran baru itu datang dari apa yang dinamakan persepsi.
“Jadi kebenaran lama bertumpu pada fakta. Sedangkan kebenaran baru itu dasarnya adalah persepsi,” jelas mantan CEO Jawa Pos ini.
Menurutnya persepsi itu sudah menjadi dasar kebenaran. Dan persepsi dibentuk bukan oleh fakta. Persepsi didasarkan pada frame. Atau yang disebut sebagai framing.
Seperti diketahui, dalam ilmu sosial, pembingkaian atau framing terdiri atas serangkaian sudut pandang konsep dan teoretis tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi masyarakat melihat dan menyampaikan kenyataan. Pembingkaian dapat terwujud dalam komunikasi atau pikiran antarpribadi.
Framing bisa juga memiliki arti membingkai sebuah peristiwa atau persepsi. Framing digunakan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang media termasuk media sosial ketika menyeleksi isu.