Mahad Al Zaytun yang kini sudah berdiri, memiliki motto, Pusat Pendidikan dan Pengembangan Budaya Toleransi dan Budaya Perdamaian.
Sebuah motto yang merupakan padanan dari visi dan obsesi dirinya sendiri bersama sahabat-sahabatnya.
BACA JUGA:Panji Gumilang Tawarkan Konsep Ini untuk Atasi Abrasi Pantai di Pulau Jawa
Dia berobsesi dari Mahad Al Zaytun memancar persaudaraan, toleransi dan perdamaian ke seantero Indonesia Raya bahkan ke seluruh penjuru dunia.
Namun, bentuk toleransi yang dilakukan oleh Sykeh Panji Gumilang ini, beberapa kalangan menganggapnya tidak setuju.
Panji Gumilang sendiri, secara khusus sering mencetak kartu ucapan Selamat Natal untuk dikirimkan kepada para pendeta dan pimpinan gereja yang dikenal maupun yang tidak.
Patutlah para sahabatnya, tidak kecuali sahabat yang nonmuslim, menyebutnya seorang tokoh pembawa damai dan toleransi.
BACA JUGA:Bisa Jadi Contoh di Jawa, Inilah Usulan Panji Gumilang untuk Revitalisasi Pantai di Indramayu
Pendeta Rudolf Andreas Tendean, dari Keluarga Besar Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Koinonia, Jakarta, berkunjung ke Mahad Al Zaytun.
Pendeta Rudolf Andreas Tendean, adalah satu dari sekian banyak orang yang merasakan bagaimana sosok Syekh Panji Gumilang membawa damai dan toleransi dalam komunikasi, pergaulan dan persahabatan mereka.
Adalah Syekh Panji Gumilang yang memulai (berinisiatif) menyebar damai dan persaudaraan dalam persahabatan mereka.
Tidak hanya itu, saat terjadi perbedaan politik antara RRC dan Taiwan (dulu disebut China Taipei) terjadi kerusuhan, banyak warga keturunan Tionghoa di Indonesia menjadi korban dan ketakutan.
BACA JUGA:Diberhentikan Tidak Hormat dari Polri, Teddy Minahasa Ajukan Banding
Syekh Panji Gumilang membuka tangan untuk memberikan perlindungan kepada warga keturunan di Indonesia.
"Selama Anda di Mahad Al Zaytun tidak akan ada yang menyentuh," ucapnya.
Sejak saat itu, mengalirkan simpati yang mendalam dari komunitas terhadap Mahad Al Zaytun dan masih terjaga hingga kini.