Syekh juga memastikan bahwa pengelolaan dana dari pemerintah transparan dengan penggunaan on the track.
"Satu sen pun kita pertanggungjawabkan dan semuanya on the track. Tidak ada satu sen pun off the track," ungkapnya.
Ternyata, bantuan negara untuk Mahad Al Zaytun masuk lewat bantuan operasional sekolah (BOS) dan BBMU dihitung tahun ini totalnya Rp43,6 miliar.
Dalam bentuk BOS PAUD Rp 31 juta, MI Rp 628 juta, MTS Rp 1,186 miliar dan MA Rp 1,421 miliar per bulan.
BACA JUGA:Bantu Lancarkan Penerbangan Haji , Pertamina Pastikan Stok Avtur di Bandara Soekarno Hatta Aman
Bantuan negara tersebut, kata Syekh, tentu sangat berarti dan menunjang kemandirian dari Mahad Al Zaytun.
"Terima kasih kepada NKRI telah membantu Al Zaytun utnuk penyelenggaraan pendidikan," bebernya.
Semua jumlah yang didapatkan dari negara, Rp36,3 persen dari anggaran satu tahun. "Luar biasa besar. Sehingga kita agak longgar mencari kekurangan 63,4 persen," tuturnya.
Dari bantuan negara itu, per bulannya rata-rata Mahad Al Zaytun hanya kekurangan Rp 6 miliar. Tetapi, defisit itu dapat dicukupi dengan kemandirian dalam penyediaan pangan dan beragam sumber daya.
BACA JUGA:Pandemi Covid-19 Dicabut, Vaksin dan Perawatan Pasien Bayar Sendiri
"Cukup kita hitung sumber daya sendiri untuk pengadaan ikan, beras, daging dan lainnya. Enteng. Cuma enteng," bebernya.
Adapun komponen biaya di Mahad Al Zaytun yang salah satunya terbesar adalah honor atau gaji baik karyawan, guru hingga lainnya.
"Honor-honor 1 bulan Rp 4,2 miliar, satu tahun ada yang 13 bulan, 14 bulan menerima gaji. Totalnya Rp 51,1 miliar," ungkapnya.
Kemudian kebutuhan alat tulis, per bulan Rp 363 juta. Satu tahun Rp 4,3 miliar. Namun, komponen biaya ini tidak terlalu besar untuk kelas Al Zaytun.
BACA JUGA:MUI Jabar Segera Meluncur ke Al Zaytun, Sebelumnya Pernah Ditolak dengan Alasan Sibuk
Salah satu yang terbesar lainnya adalah kebutuhan dapur untuk makan 10.000 ribu orang, termasuk yang bekerja di perkebunan, persawahan.