JAKARTA, RADARCIREBON.COM – Sebagian besar wilayah Indonesia sudah mulai memasuki musim kemarau.
Namun, untuk musim kemarau kali ini nampaknya jauh berbeda dengan musim sebelumnya.
Berdasarkan hasil analisa Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim kemarau tahun akan akan dihadapkan pada dua fenomena alam, yakni El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD).
Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) akan yang saling menguatkan pada musim kemarau, sehingga berdampak pada kurangnya sumber air hingga gagal panen.
BACA JUGA:Resmikan Terminal Ciledug, Ridwan Kamil: Terintegrasi dengan Layanan Publik
Melansir dari Antara, Rabu 19 Juli 2023 Dwikorita menjelaskan, dampak dari dua fenomena tersebut membuat musim kemarau menjadi lebih kering, dan curah hujan menjadi rendah hingga sangat rendah.
Akibatknya, penguapan air sangat berkurang. Indikasinya, jika curah hujan normal sekitar 20 mm untuk satu hari, bisa menjadi curah hujan untuk sebulan sekali. Alhasil, menjadi kering atau tidak ada hujan sama sekali.
"Bahkan bisa saja selama dua bulan menjadi sama sekali hari tanpa hujan. Akibatnya tentu kekurangan air, kita khawatir akan kekurangan sumber mata air menjadi kering, karena resapan hujannya juga berkurang. “
“Nah kalau kita kekurangan sumber air, yang terganggu adalah pertanian dan juga kehidupan sehari-hari menjadi kekurangan air," ujar Dwikorita.
BACA JUGA:Diduga Akibat Korsleting Listrik, Rumah Warga di Klangenan Ludes Terbakar
Ia menegaskan bahwa di sektor pertanian dikhawatirkan akan terjadi gagal panen. Selain itu, juga dapat memicu hama penyakit pada tanaman pertanian.
Tidak hanya berpengaruh terhadap dunia pertanian. Kesehatan pun akan berdampak, karena kegiatan sanitasi menjadi terganggu akibat kekurangan air.
"Mandi, cuci, kakus menjadi terganggu, misalnya untuk di daerah-daerah yang sangat tergantung air," kata dia.
Menyikapi dua fenomena tersebut, BMKG telah berkoordinasi dengan berbagai stakeholder untuk mengantisipasi dampak dari El Nino dan IOD yang diprediksi puncaknya pada Agustus maupun awal September 2023. (*)