"Sebetulnya sudah tidak ada lagi isu konektivitas. Nanti akan dibangun beberapa fly over atau access road yang memungkinkan akses lebih cepat," katanya, seperti dilansir dari Antara.
Tetapi pada hari ini, penumpang dari wilayah Sumedang dan Bandung sudah bisa mencapai Bandara Internasional Jawa Barat dalam waktu 1 jam.
Di sisi lain, meski melayani hingga 4 juta penumpang lebih, tetapi pemerhati aviasi, Alvin Lie menilai, besar kemungkinan, Bandara Kertajati masih merugi.
Menurutnya, jumlah penumpang Bandara Husein Sastranegara sangat kecil untuk sekadar dipindahkan ke BIJB. Belum lagi ada potensi penumpang yang pindah ke bandara lain seperti Halim Perdanakusuma.
BACA JUGA:Menilik Sosok Ainar Jo Roysastro, Atlet Kebanggaan Kota Cirebon dalam Bidang Renang
“Secara umum hingga saat ini jumlah penumpang yang dilayani bandara Husein hanya sekitar 4 juta penumpang per tahun. Sangat kecil,” kata Alvin, kepada radarcirebon.com.
Disampaikan Alvin Lie, saat ini bandara dengan kode BDO melayani 63 keberangkatan per pekan. Dari jumlah tersebut, 24 diantaranya adalah keberangkatan ke DPS atau Denpasar, Bali.
“BDO terhubung ke 11 bandara. Untuk penerbangan internasional hanya ke Kuala Lumpur oleh AirAsia yang sekarang sudah pindah ke Kertajati,” katanya.
Oleh karena itu, kata Alvin, kalaupun seluruh penerbangan BDO dipindah ke KJT, penghasilannya tidak cukup untuk menutup operasional dari Bandara Kertajati Majalengka.
BACA JUGA:Tol Cisumdawu Sudah Buka, Tapi Kenapa Penerbangan Bandara Kertajati Baru Dibuka Oktober, Oh Ternyata
Solusinya adalah KJT tidak hanya mengandalkan warga sekeliling terbang ke luar. Tapi mampu mendatangkan warga luar untuk tertarik dan berkepentingan mengunjungi kawasan sekeliling Majalengka.
“Tidak ada bandara yang mampu bertahan hidup jika hanya mengandalkan warga setempat keluar sedangkan warga luar tidak tertarik datang,” tandasnya.