Dafiar lantas berusaha mencari jalur dan ternyata terus menjauh dari Jalur Pendakian Linggarjati. Di posisi itu, waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 10.00 WIB.
Singkat cerita, Dafi terus turun dan kembali memasuki area hutan dan waktu sudah malam hari. Sehingga sebisa mungkin untuk beristirahat, karena tidak ada penerangan sama sekali.
"Itu terasa haus dan laper. Di situ juga mengalami halusinasi, seolah-olah banyak pendaki yang lewat," tuturnya.
Begitu pagi hari, kondisi badan sudah sangat lelah. Tetapi dirinya berusaha untuk kembali berjalan turun.
Beruntung sempat menemukan air yang menggenang di sela-sela batuan. Di tempat itu, dirinya menemukan balon bekas yang dipakai untuk menampung air.
Setelah dzuhur Dafi mulai menemukan pepohonan pinus. Di situ dirinya merasakan perjalanan sudah semakin dekat untuk sampai ke permukiman.
Kemudian di area hutan pinus juga mulai menemukan ada jalan setapak. Termasuk pepohonan yang disadap. Artinya, di lokasi tersebut ada tanda-tanda masyarakat.
BACA JUGA:Di Stadion Bima Tim Maung Tangkap Pengedar Obat Terlarang dan Tembakau Gorila
Perkiraan Dafi benar. Tak jauh dari situ, kemudian bertemu dengan petani yang dalam perjalanan setelah mengambil kopi.
"Saya diajak ke rumahnya, makan dulu dan ngobrol-ngobrol. Itu sudah sekitar jam 1-an," ungkapnya.
Setelah diberi makan di rumah warga tersebut, kemudian diantarkan ke Linggarjati. Dafi mengaku sangat bersyukur dapat selamat dan seolah diberi kesempatan untuk hidup kedua, setelah sempat tersasar di Gunung Ciremai.