Mahalnya harga uang kuno ini, kata Jaja, tidak lepas dari semakin sedikitnya barang yang beredar di pasaran maupun di kalangan kolektor.
“Sekarang barangnya juga semakin jarang. Kadang sedikit dan satu sudah tidak ada stok. Kalau Rupiah sih jarang ya,” ungkapnya.
Dalam menjalankan usahanya, Jaja mengaku biasa dapat barang dari perorangan, karena dirinya memang punya bisnis jual beli.
“Peminat uang kuno lagi kurang, barang sedikit dan kolektor juga semakin jarang. Karena hobi ini kan butuh dana besar, sementara situasi keuangan sedang kurang baik,” tuturnya.
BACA JUGA:Daftar Penerbangan Domestik yang Sudah Tersedia di Bandara Kertajati, Ada Bali hingga Balikpapan
Dijelaskan Jaja, dalam urusan uang kuno ini ada 2 jenis penerima barang koleksi yakni kolektor dan bandar.
Untuk kolektor biasanya hanya untuk kebutuhan menyimpen sendiri dan benda koleksi. Kemudian ada bandar yang tujuannya memang jual beli.
“Ada bandar. Biasanya kita sebut kolekdol, karena memang untuk dijual lagi. Banyaknya sih bandar kalau perputaran uang sih. Kalau kolektor malah jarang,” paparnya.
Perputaran uang kuno ini, biasanya datang dari luar kota sepreti Tangerang, dan Bekasi. Kebanyakan yang memperjualbelikan juga bandar alias kolekdol, bukan kolektor.
“Kalau kolektor sekarang sih sudah jarang, malah di Cirebon nggak ada. Paling itu yang jual beli dari bandar saja,” bebernya.
Jaja pun menambahkan, masyarakat yang memiliki uang kuno memang bisa melakukan jual beli terutama jenis tertentu bisa laku sampai dengan jutaan, puluhan juta bahkan ratusan juta Rupiah.