Pertanyaannya, mengapa Tiktokshop ditutup?Ada analisa menarik dari Ismail. Seperti ini analisanya:
1. Persaingan dagang yang tidak sehat
Dengan digabungkannya medsos dengan e-comerce maka akan terjadi monopoli data dan penyalahgunaan data. Yang mana data dari media sosial ini disalahgunakan menjadi algoritma tiktok shop.
Itulah persaingan yang tidak fair dan tidak sehat diantara e comerce. Maka pemerintah harus memisahkan si kembar ini antar Tiktokshop dan tiktok sosmed.
BACA JUGA:Ancaman Bobotoh ke Manajemen Persib Makin Keras, Batas Waktu Sampai 1 November
2. Perizinan
TikTok awalnya memiliki izin media sosial, tapi berubah menjadi social commerce. Sehingga pemerintah tidak mendaptkan pajak dari e-commerce-nya.
Dengan dibedakannya aplikasi maka akan ada 2 perizinan juga. pemerintah bisa mendapatkan pajak dari tiktokshopnya.
3. Tidak Ditarik Pajak
Karena tidak ditarik pajak, maka tiktokshop dengan leluasa memberikan banyak promo. Wajar jika bisa membuat program “promo voucher diskon dan gratis ongkir”.
BACA JUGA:Pelaku Bully Jilid II SMP Cilacap, Diduga Kelompok MK
Pemilik Tiktok, China, santai saja. Karena Tiktok milik China, barangnya saja diimpor dari China, dan uangnya kembali ke negeri itu juga.
Itulah mengapa barang bisa lebih murah. Dengan adanya pajak diharapkan Tiktok shop mengurangi promo dan meningkatkan biaya admin.
Karena anggarannya harus dikeluarkan untuk pajak ke pemerintah. Pada akhirnya harga bisa bersaing dengan ecomerce lain.
4. Berperan sebagai iklan
Contohnya saja facebook dan IG. Kedua medsos itu hanya berperan sebagai iklan. Tidak menyediakan ecomercenya karena mereka paham persaingan dagang yang sehat.