Jalan raya Cirebon-Kadipaten-Bandung ini dulu dikenal sengan nama Jalan Raya Pos. Atau dalam Bahasa Belandanya disebut De Grote Postweg.
Jalur ini hanya sepotong ruas Jalan Anyer-Panarukan. Jalan yang dibangun Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels pada 1808-1809.
Di sisi Jalan Raya Pos itulah dibangun jalur kereta api Cirebon-Kadipaten. Meski jalur tersebut dinonaktifkan pada 1978, hampir semua bekas rel sudah raib.
Penanda jalur rel yang masih tampak berupa fondasi-fondasi jembatan kereta api yang melintasi sungai atau kali kecil. Antara lain jembatan Pilang Sari, Cideres, dan Ciputis.
Dulu, dari Cirebon menuju Kadipaten akan melintasi 19 stasiun atau perhentian. Proyek ini merupakan bagian dari rencana Belanda membangun jalur kereta api Cirebon-Bandung via Sumedang.
Tidak mudah mengenali bangunan sebagai bekas Stasiun Kadipaten. Hanya bisa ditemui adanya plang aset PT Kereta Api Indonesia (KAI) di simpang empat pusat kota Kadipaten.
Di sekitar plang itu bisa dilihat sepotong rel yang tersembul dari dalam tanah. Kemudian ada patok bertuliskan 48 + 700. Maknanya titik itu berada 48,7 kilometer dari Stasiun Cirebon Parujakan.
Nah, di situlah bekas Stasiun Kadipaten berada. Saat ini kondisinya sudah menjadi pertokoan padat. Tak jauh dari tempat itu ada bangunan lama bekas PG Kadipaten.
Seperti telah diberitakan media ini, pemerintah Hindia Belanda telah membangun jalur kereta api dari Kota Cirebon menuju ke Kadipaten di Majalengka.
Pembangunan tersebut sebagai bagian dari rencana menghubungkan rel kereta api jalur tengah dari Cirebon menuju ke Bandung,
Selain Cirebon-Bandung, Belanda merencanakan membangun jalur rel kereta api dari Kadipaten menuju Kuningan. Jalur itu direncanakan melintasi Selatan Gunung Ciremai.
Jalur dari Kadipaten akan melintasi Majalengka, Maja, Talaga dan Cikijing. Setelah itu baru menunuju Kuningan.
Dari Bandung, Belanda juga sudah merencanakan pembangunan jalur kereta api dari Stasiun Rancaekek di Bandung menuju Citali di Kabupaten Sumedang.