Dia menjelaskan, dari seekor sapi, 30 persen hanya menghasilkan energi dan daging. Sedangkan 70 persen lainnya menghasilkan biogas, pangan, pakan ternak dan pupuk kompos. Tentu yang paling mahal adalah menghasilkan bibit atau sel sapi (sperma dan sel telur).
“Namun yang terpenting dalam pengelolaan model pertanian integrated farm ini letaknya pada kemampuan dari SDM menghubungkan antar elemen yang ada. Sehingga diharapkan memang benar-benar dipelajari secara menyeluruh dan mendalam,” imbaunya.
Di MIB Farm Cikampek ini, merupakan implementasi sistem tersebut. Selain ada sapi dan domba, juga ada kolam ikan dan tanaman rumput Taiwan.
Selain itu juga ada rumah makan, pabrik tahu, dan tempat pengolahan hasil integrasi farm tersebut. Baik yang digunakan di farm itu sendiri, juga yang dijual ke jaringan usahanya.
BACA JUGA:Konsolidasi di Cirebon, Relawan Beta Gibran Peduli Ekonomi dan Lingkungan
Ada 4 loop yang harus dilalui dalam sistem tersebut. Sapi dan domba di kandang tersebut merupakan loop yang ke-3 dari “Integrated Farm Closed Loop System”.
Sebenarnya output utamanya adalah kotoran hewan yang diolah secara sistemik menjadi pupuk organik. Bisa menghasilkan pupuk organik cair dan pupuk padatan.
Output ini akan menjadi input dari Loop yang ke-4, yaitu sawah atau ladang. Pupuk ini dialirkan ke hamparan sawah dengan tanaman utamanya adalah padi.
Sistem ini relatif sudah berhasil mengembalikan kesuburan tanah sawah yang selama ini sudah sangat jenuh dengan pupuk kimia.
BACA JUGA:4 Penerbang TNI AU Gugur Dalam Insiden Jatuhnya Pesawat Tempur Super Tucano di Pasuruan
Cacing, ikan bethik, dan organisme-organisme kecil lainnya yang seharusnya bisa berdampingan hidup di sawah atau ladang. Tentu sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang saling mendukung.
Sementara Loop 1 berupa air. Di MIB Farm, air berupa kolam ikan yang lumayan luas. Air itulah modal utama dalam sistem ala Sri Darmono Susilo ini.
Loop 2 adalah tanaman hijuan. Di farm tetsebut ditanami rumput Taiwan. Rumput inilah nanti yang menjadi kosumsi utama sapi dan domba.
Rumput Taiiwan ini dalam 9 bulan sudah setinggi 4 meter. Namanya rumput, tapi lebih tinggi dari tanaman tebu. Rasanya juga manis, walau tidak semanis tebu.
BACA JUGA:2 Pesawat Tempur Super Tucano Jatuh di Pasuruan, Begini Penjelasan TNI AU
Sri Darmono Susilo memang memberikan sumbangsih dalam model pertanian terintegrasi. Selain lebih ramah lingkungan, juga bisa menghasilkan produktivitas berkali lipat.