Sebab, arusnya sangat cepat, bukan hanya hitungan menit tetapi juga detik. Apalagi, kreator dan penyebar disinformasi memiliki banyak motivasi seperti politik, personal, dan ekonomi.
"Disinformasi menimbulkan polarisasi, modul ini diharapkan dapat menjadi panduan terhadap influencer, hingga jurnalis," tuturnya.
Modul ini, kata dia, bagian dari kontribusi untuk memperkuat literasi digital di Indonesia.
Sementara itu, Public Affairs Officer US Embassy Surabaya, menyampaikan bahwa situasi di Indonesia dan Amerika Serikat saat ini kurang lebih sama.
BACA JUGA:Makna di Balik Mitos Goa Sunyaragi Cirebon, Ini Pesannya
Sebab, kedua negara sama-sama sedang menghadapi pemilihan umum (pemilu). Karena itu, dari program Japelidi ini, dirinya juga banyak belajar.
"Terima kasih untuk program yang luar biasa dengan kolaborasi berbagai pihak, kami juga belajar dari Anda semua," katanya.
Ida Ri'aeni, M.I.Kom, Japelidi Wilayah Cirebon menambahkan, kegiatan launching modul ini dilanjutkan dengan Diskusi Pemetaan Literasi Masyarakat terhadap Teknologi dan Platform Berbasis Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence).
Menurutnya, teknologi kecerdasan buatan (AI) merupakan sesuatu fenomena menarik dalam masyarakat.
kontemporer. Walau begitu, teknologi ini masih belum mendapatkan perhatian yang besar di Indonesia.
Japelidi memandang perlu melakukan sebuah pemetaan terkait dengan pemahaman, penerimaan, dan sikap masyarakat Indonesia
mengenai teknologi ini sebagai salah satu program unggulan di tahun 2024 ini.