CIREBON, RADARCIREBON.COM -Adanya akses jalan tol, stasiun kereta api, pelabuhan dan Bandara Kertajati di Majalengka, membuat Cirebon telah lama digadang menjadi pusat perekonomian tandingan Bandung.
Aktivitas ekonomi saat ini terutama di Kota Cirebon jadi semakin masif. Mobilitas masyarakat tak terbendung dan bcanyak usaha-usaha baru bermunculan.
Namun sayangnya kondisi itu belum mencapai klimaks. Sebab, pembangunan infrastruktur terutama akses transportasi publik dinilai belum mengarah pada konsep kota berkemajuan.
Praktisi Arsitektur asal Cirebon, Peter Nobel Bastian B Arch mengatakan, pembangunan di Cirebon masih tumpang tindih. Sehingga kerap menimbulkan persoalan sosial.
BACA JUGA: Gen-Z dan Milenial Cirebon Janji Tidak Golput, Charta Politika Siapkan Exit Poll dan Quick Count
"Seperti banjir saat hujan deras, kemacetan di ruas jalan tertentu hingga memicu ketimpangan antar kawasan. Hal itu dapat diurai dengan menata ulang pembangunan di Kota Cirebon. Penataan kota yang baik, merupakan wajah kemajuan jaman. Tata kota di Kota Cirebon yang saat ini sudah dilihat semrawut oleh sebagian warga,” katanya, Selasa (13/2/2024).
Persoalan banjir yang kerap melanda Kota Cirebon, Peter mengungkapkan, revitalisasi sungai, pengerukan gorong-gorong dan pembersihan drainase jadi langkah instan untuk mengatasi banjir.
“Namun tetap dibutuhkan solusi jangka panjang yakni dengan mengubah perilaku manusia terhadap sungai. Manusia dan sungai harus memiliki hubungan yang saling menguntungkan. Beberapa hal yang jadi perhatian adalah pengelolaan kawasan untuk menanggulangi banjir yang semakin parah dari tahun ke tahunnya,” ungkapnya.
Kemudian terkait kemacetan, menurut Peter, Kota Cirebon sudah selayaknya melakukan inovasi. Yakni dengan menghilangkan perlintasan sebidang antara jalan dan rel kereta api.
BACA JUGA: Implementasikan Kurikulum Merdeka Belajar, SMPN 5 Kota Cirebon Gelar FTBI 2024
“Adapun menaikan rel kereta api berdampak banyak selain menghilangkan kemacetan, meningkatkan keamanan warga dan menambah ruang terbuka hijau di Kota Cirebon,” ujarnya.
Dijelaskan Peter, di Kota Cirebon saja ada 11 perlintasan sebidang. Jika volume kereta melintas semakin sering, maka kemacetan semakin parah.
“Terhambatnya mobilitas berdampak tidak baik bagi kemajuan perekonomian. Jika pembekalan jalur transportasi dalam kota sudah baik, maka interkoneksi Kota Cirebon dan daerah sekitarnya juga dapat terwujud secara efektif. Sebab, Kota Cirebon saat ini masih menjadi magnet ekonomi,” jelasnya.
Peter menyebutkan, tata kelola kawasan kota merupakan suatu solusi yang dibutuhkan agar warga dan kolaborasi pemerintah dapat mewujudkan Cirebon Maju dan peningkatan atas kualitas hidup manusia di Kota Cirebon. (rdh)
BACA JUGA: Tak Kenal Waktu, Logistik Pemilu 2024 Harus Didistribusikan ke Setiap PPS di Kota Cirebon